Just Go My Way !

  • Beranda
Home Archive for 2015
Tapi, tahukah kamu?  5 hal berikut yang mungkin tidak kamu ketahui tentang Jepang.

1. Tisu Toilet
Udah gak asing lagi dong tentang canggihnya toilet Jepang yang menggunakan banyak tombol. Tapi, taukah kamu kalau menggunakan tisu toilet di Jepang buangnya bukan di tempat sampah melainkan di klosetnya. Tapi inget jangan buang selain tisu toilet ke dalam kloset karena bisa menganggu sistem pencernaan kloset. :p



2.Taat aturan (?)
Kalau nonton di TV tentang betapa orang jepang sangat menaati peraturan terutama peraturan lalu lintas tuh rasanya waw banget. Tapi, tahukah kamu kalau gak semua orang jepang menaati peraturan kayak di TV. Buktinya di tempat saya tinggal saya sering melihat baik itu anak muda atau anak tua melanggar peraturan lalu lintas penyebrangan jalan, tanda masih merah tapi malah nyebrang, ada juga yang tidak menyebrang pada tempatnya padahal zebra cross 50M didepan. Sensei saya yang orang Jepang pun mengakuinya kalau ia pun beberapa kali melanggar perturan menyebrang kalau di jalan kecil dan ketika tidak ada mobil sama sekali, meski tandanya masih belum boleh menyebrang tapi karena tidak ada mobil sama sekali beliau tetap menyebrang.


3. Sushi Murah
Berapa uang yang diperlukan tiap kali kalian makan sushi di restoran sushi di Indonesia? mungkin bisa diatas 50 ribu rupiah, kan? Tapi tahukah kamu kalau harga sushi di Jepang lebih murah daripada harga sushi di Indonesia? Salah satu restoran frenchfries  terkenal di Jepang "Kura Sushi" misalnya, harga satu piringnya hanya 100 Yen atau sekitar 12.000-13.000 rupiah dengan rasa asli jepang tanpa tambahan banyak mayonaise di sushinya. Atau kalian juga bisa mendapatkan harga sushi yang lebih murah kalau beli di supermarket di atas jam 9 malam, karena kalian bisa mendapatkan diskonan sampai 50%.

4. Berisik di Kereta
Pernah baca artikel tentang apa yang dilakukan orang Jepang di kereta? Di Artikel-artikel yang saya baca tentang perilaku orang Jepang di kereta semuanya benar seperti kebanyakan mereka hanya membaca, main handphone, dengerin musik atau tidur. Tapi, tahukah kamu kalau bukan berarti tidak ada yang mengobrol di dalam kereta. Pertama kali saya naik kereta di Jepang saya pikir mungkin hanya orang asing seperti kami inilah yang mengobrol di kereta tapi tidak nyatanya, banyak juga kok orang jepang yang mengobrol di kereta, bahkan kadang-kadang dengan suara yang keras (biasanya anak muda).

5. Es Teh
Sudah jadi rahasia umum kalau teh hijau di jepang itu rasanya pahit. Tapi, tahukah kamu kalau teh hitam (teh yang sering di minum oleh orang Indonesia) di Jepang pun tidak manis. Pertama kali saya membeli est teh di vanding machine yang saya bayangkan pada saat itu adalah segar dan manis,tetapi terkejutlah saya ketika diminum tidak manis sama sekali, karena yang saya pikirkan adalah rasa es teh manis dan ketika diminum rasa es teh tawar.
https://images-fe.ssl-images-amazon.com/images/G/09/detail/review/B00180MQFI_aplus_01.jpg


Daun terlah berganti warna, suhu sudah semakin dingin, pakaian yang dipajang di toko pun sudah berganti dengan baju-baju tebal dan jaket. Tidak terasa kurang lebih satu bulan lebih saya menjalani program pertukaran pelajar di Kansai University, Jepang atau biasa disebut juga Kandai. Senin sampai kamis pukul 8.15 berangkat dari asrama ke kampus, 10 menit berjalan, 5 menit menunggu kereta, 5 menit naik kereta, 10 menit berjalan lagi, itu kegiatan yang selalu saya lakukan di pagi hari. Berbarengan berangkat ke kampus dengan penghuni asrama lain yang kuliah di waktu yang sama, keluar dari stasiun kandai mae berbaur dengan mahasiswa lain yang baru turun dari kereta baik itu dari jalur yang sama atau dari jalur sebrang membuat jalanan mungil yang beriringan dengan berbagai macam toko penuh dan sesak oleh mereka yang mempunyai kepentingan di pagi hari itu. Selalu saja mendengar bapak petugas kemanaan berteriak "Kuruma ga torimasu, hidari gawa de aruite kudasai" atau perintah lainnya yang sangat aku hafal adalah ketika masinis berkata "kandai mae, kandai mae desu, deguchi wa hidari gawa desu". Kegiatan rutin ini yang aku lakukan di negeri sakura, Kuliah di Semester Daun Momiji.


1. Suasana Kelas
Kelas Japanese 5B
Apa yang membuatnya berbeda? Teman sekelas saya yang berasal dari berbagai macam negara dan beragai macam benua, membuat suasana kelas menjadi lebih beragam. Saya pun juga harus berkonsentrasi lebih karena bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Bengong sedikit, saya sudah tidak mengerti apa yang dijelaskan dosennya. Seperti yang sering saya alamai di kelas Japanese Religion yang pada akhirnya saya terlelap tidur ketika dosen menjelaskan (hehe). Bunyi bel menandakan kelas di mulai dan kelas berakhir, membuat saya merasa seperti berada di masa-masa sekolah lagi. Di kelas yang menggunakan bahasa pengantarnya bahasa Inggris seperti Japanese Religion atau Seminar in Japanology yang biasanya didominasi oleh mahasiswa dari Amerika dan Eropa yang lebih aktif berbicara dan mengeluarkan pendapat, sedikit berbeda dengan kelas yang bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Jepang yang didominasi oleh mahasiswa Asia yang lebih malu untuk mengeluarkan pendapat.

Kelas Japanese Religion
Kelas Japanese 5A


2. Kokusaibu
Tempat ini tempat untuk berbaur dengan mahasiswa exchange lain dan mahasiswa jepang juga tentunya. Bukan hanya berbicang ngalor ngidul tetapi juga dapat belajar bahasa dari negara lain dengan mengikut kelas bahasa asing, gratis dan diajar langsung oleh native.

Kelas Bahasa Thailand

Kelas Bahasa Prancis
Ruang rapat kokusaibu jadi tempat sholat muslim di kandai
3. Tempat Sholat
Sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban untuk sholat 5 waktu dan sudah wajar bagi seorang muslim untuk kesulitan mencari tempat sholat ketika berada di negara yang minoritas muslim. Tapi, alhamdulillah Kandai khusnya bagian urusan intenational sungguh perhatian kepada mahasiswa-mahasiswa exchange termasuk mahasiswa exchange yang muslim juga tentunya. Ketika, saya dan beberapa teman dari Indonesia dan Malaysia berkonsultasi tentang mata kuliah yang akan kita ambil ke dosen pembingbing kami, dosen kami bertanya "Apa semuanya baik-baik saja? Makanan kalian gimana? ada hal yang ingin kalian sampaikan" , kami pun senang sekali dosen pembingbing kami bertanya seperti itu, langsung saja lah kita mengatakan butuh tempat untuk sholat dan langsung disediakan tempat untuk sholat. Memang bukan musholla seperti yang di Indonesia, tapi kami diberikan ruangan  didalam kantor kokusaibu untuk sholat dan para staff kokusaibu juga sangat peduli kepada mahasiswa exchange lainnya. Saya sering kali ditanyain, "ruangan ini bagaimana? bisa diapakai untuk sholat? kalau ada butuh apa-apa untuk sholat hubungin saja", padahal saya sudah sering bilang "tidak apa-apa, it's perfect asal bersih ruangannya". Bahkan di bulan November 2015 kokusaibu menyediakan ruangan yang lebih spesil untuk muslim sholat, di jam yang telah ditentukan ruangan itu tidak boleh dimasukin orang lain kecuali yang ingin sholat, dan yang lebih kerennya lagi Kansai University akan membuka Halal Corner di kantin. Yeaayy

Shiru Cafe
4. Shiru Cafe
Cafe ini yang jadi favourit bagi mahasiswa Kandai, kenapa? Cafe ini hanya menyediakan 3 menu (Kopi Es/Panas, Teh Es/Panas, Es Jeruk) dan ke-3 menu itu gratis hanya bermodalkan KTM Kandai dengan tempat yang cozy untuk nyatai, pelayanan maksimal dan juga boleh bawa makanan dari luar, bagaimana mungkin saya tidak datang tiap hari ke cafe ini? ditambah lagi kita boleh datang berapa kalipun kesini dan tetap gratis. :D




Daun mungkin akan segera gugur dan hanya ranting yang akan tersisa, paha-paha yang terlihat di awal musim gugur akan segera tertutup karena sang punya paha juga tidak akan kuat menahan suhu dinginnya osaka, dan aku akan segera sangat terbiasa dengan susasana disini, yang mebuat aku ingin lebih lama tinggal disini. Hmm....mungkin menikmati satu semester lagi di saat sakura berkembang akan lebih menyenangkan. :)



Pertanyaan pertama yang muncul di pertemuan kedua kelas Seminar in Japanology, Is Japanese Polite?, Aku berkata pada saat itu "Tentu saja, kenapa hal itu harus dipertanyakan?". Tapi, ada satu orang yang menjawab "Tidak". Tentu bukan aku yang mengatakannya. Pada saat itu aku berpikir, apa yang salah dengannya, kenapa dia menjawab tidak, selama kurang lebih satu bulan aku tinggal di jepang yang aku rasakan adalah orang jepang itu sangat sopan teramat sopan malahan. Terlepas dari majala-majalah dewasa yang dijual bebas, baik itu tutur kata dan perbuatan saya rasa orang jepang itu sopan. Mungkin ada perbedaan pengertian sopan antara orang barat dan orang timur, mengingat yang menjawab "tidak" adalah warga negara Amerika. Di negeri-negeri barat misalnya, untuk mendapatkan perhatian orang yang ingin diajak bicara biasanya mereka menggunakan kontak mata, tetapi tidak untuk di Jepang, jika kamu melakukan hal seperti itu di Jepang pasti sudah dianggap tidak sopan, kamu harus mengeluarkan suara seperti mengajaknya bicara dengan kalimat awal "ano...sumimasen" untuk mendapatkan perhatian lawan bicara dengan sopan. Lalu, kenapa saya menjawab dengan pasti tanpa ragu "Iya, orang jepang itu sopan". Berikut beberapa hal yang bisa jadi bukti kenapa orang jepang itu sopan menurut saya.

  • Di Jalan Raya
Mendahulukan pejalan kaki untuk menyebrang itu satu hal yang saya kagumi di Jepang. Lah, emangnya di Indonesia gak ada apa yang kayak gitu? Tentu saja ada walaupun tidak begitu sering, lalu apa yang bikin beda? Alkisah pada suatu hari ada sebuah mobil bergerak di kecepatan yang terhitung cepat dari jauh, saya pun gak berani nyebrang jadi saya nunggu mobil lewat baru nyebrang kebetulan jalan yang saya lewati jalanan biasa yang gak ada lampu penyebrangannya jadi pake cara manual yang tengok kanan dan tengok kiri tetapi ketika sudah mendekati zebra cross, mobil pun mengurangi kecepatannya dan berhenti lalu membiarkan saya menyebrang padahal si pengendara bisa saja langsung jalan tanpa perlu menghentikan mobilnya untuk membiarkan pejalan kaki menyebrang. Kejadian seperti ini saya alami bukan hanya satu atau dua kali saja tapi sudah sering.

  • Sumimasen
Orang jepang demen banget minta maaf, bahkan walaupun yang salah saya tapi mereka yang bilang sumimasen, jadilah  saya tambah merasa bersalah. Begini ceritanya, pada suatu waktu di hari yang cerah, ada acara donor darah di kampus, karena saya udah lumayan cukup lama gak donor darah, datanglah saya ke bus donor darah, tapi ternyata staff disana bahasa inggrisnya tidak begitu bagus dan bahasa jepang mereka yang kurang saya pahami karena kebanyakan dari mereka sudah tidak muda lagi. Ada beberapa pertanyaan yang mereka tanyakan tapi karena saya tidak mengerti saya jadi jawabnya "haik, haik, haik" aja. Lalu, ketika sudah mau diambil darah, si suster nanya "itsu kara nihon e kita?" saya jawab dong "ku gatsu kara" "heh?! ku gatsu?" kagetlah sis suster sambil kembali mencopot alat donornya sambil berkata "chotto matte kudasai ne", kemudia suster dan beberapa satff menanyakan beberapa pertanyaan ke saya lagi tapi saya tidak bisa memahami bahasa jepang mereka yang terlalu cepat, jadi saya jawabnya bingung, dan akhirnya mereka mencarikan orang yang bisa bahasa inggris dan untunglah yang datang menyelamatkan saya adalah salah satu RA di asrama, mereka bilang karena saya belum satu bulan di Jepang jadi belum boleh donor. Setelah keluar bus, semua staff yang saya temui bilang "sumimasen" berkali-kali yang jadi bikin saya malah tambah bersalah. Padahal saya yang salah kenapa mereka yang minta maaf.

Kesopanan merupakan satu hal yang sangat penting bagi orang jepang terlebih lagi dalam tutur kata dan perbuatan, jadi tidak heran lagi kalau tata bahasa jepang punya berbagai macam variasi tingkat kesopanan. Saya sering kali membaca beberapa status sensei di facebook dan twitter tentang beberapa muridnya yang kurang pas dalam memilih kosa kata sehingga terkesan tidak sopan, salah satu teman Jepang saya juga pernah mengatakan ada salah seorang teman saya yang tidak pas dalam memilih kalimat untuk berbicara padanya untuk pertama kali sehingga menibulkan perasaan tidak nyaman dan kesan tidak sopan. Mungkin beberapa teman saya banyak menonton anime atau drama sebagai bahan belajar, tapi alangkah baiknya kalau kita juga perlu kritis dengan apa yang kita tonton, memahmi bagaimana percakapan dalam anime atau drama yang ditonton ditujukan untuk siapa, sehingga kita jadi lebih paham dan mengetahui kata-kata yang tepat yang dapat digunakan dan jangan lupa perhatikan lawan bicara dengan siapa kita berbicara. Semoga kedepannya bisa menjadi pembelajar yang lebih baik lagi.
Uang koin yang baisanya di Indonesia saya relakan kasih ke pengamen-pengamen, bahkan kalau sudah menumpuk dan bikin tebal dompet saya tuker saja ke warung-warung, rasa-rasanya saya terlalu meremehkan uang koin, misalnya ketika saya menjatuhkan uang 500 rupiah ke selokan saya dengan rela merelakan uang koin itu pergi "ah cuman receh doang ini" pikir saya. Pikiran seperti itu yang berbahaya kalau sampai terbawa sampai Jepang meremahkan uang koin.

1. Vanding Machine
Ketika beli minum di vanding machine, uang koin minimal yang bisa dimasukin kedalam vanding machine itu 10 yen dan harga paling murah minuman itu 50 yen, biasanya saya beli minum dengan harga 100-150 yen karena yang ada dalam pikiran saya adalah "ah yang dimasukin uang receh ini" jadilah terkadang saya lupa diri jajan di vanding machine padahal kalo dihitung-hitung 100 yen itu kurang lebih sekitar 12.000-13.000 rupiah. Jadi, bisa dibayangkan kan kalo misalnya dalam sehari saya jajan kopi di pagi hari, kemudian beli air mineral pada siang harinya, lalu beli air jus pada sore hari di vanding machine dengan harga tiap minuman 100 yen misalnya, jadi dalam sehari saya sudah bisa menghabiskan 36.000 untuk minum saja. Hal seperti seperti ini yang bikin repot dompet.

2. Tiket Kereta
Kalau belum beli tiket langganan kereta, kita harus beli tiket di stasiun di tempat mesin penjualan tiket. Untungnya jarak dari asrama ke kampus tidak begitu jauh sehingga harga tiketnya pun tidak terlalu mahal. Untuk satu kali berangkar harga tiketnya 150 yen, sehingga pulang pergi saya menghabiskan 300 yen untuk biaya transportasi. Sama halnya dengan vanding machine, mesin penjual tiket ini koin minimal yang bisa dimasukin itu 10 yen, jadi kalau kurang dari 10 yen uangnya pasti keluar lagi. Jadi, mau gak mau harus nyiapin receh tiap kali mau beli tiket kereta. Meskipun bisa saja beli pakai uang kertas, bayar pake 1000 yen misalnya, tapi berasa sayang aja kalo harus bayar pake uang kertas karena pasti dapat kembaliannya uang koin juga.

3. Satu Yen
Nah, ini nih uang koin yang paling ngerepotin, Kenapa? karena baik itu vanding machine maupun mesin penjual tiket kereta tidak mau menerimanya. Jadi, uang satu yen ini bisa dipakai untuk yang sifatnya bayar pake orang bukan bayar pake mesin. Permasalahannya adalah saya masih belum terbiasa dengan penggunanan uang koin ini, saya masih belum bisa membedakan mana yang satu yen mana yang lima yen, jadi kalau saya ingin membayar belanjaan di supermarket misalnya dan saya ingin memakai uang receh, memerlukan waktu yang agak lama untuk mencari dan mengumpulkannya menjadi jumlah yang harus saya bayar sehingga membuat antrian di kasir jadi sedikit agak panjang. Beda halnya dengan lima yen, uang satu yen saya ini jumlahnya lebih banyak daripada 5 yen, jadi dompet saya tebal karena ada satu yen ini. (^^')

Jadi, teman-teman yang masih meremahkan hawa keberadaan uang receh kalau lg di Jepang jangan seperti saya yah. Bahkan uang receh di Indonesia-pun tidak boleh diremehkan, dari uang receh yang dikumpulkan di acara amal yang jumlahnya bisa sampai puluhan-puluhan juta itu bisa membantu banyak orang. Bisa repot jadinya kalau kita masih menganggap uang koin 500 yen itu kayak 500 rupiah, padahal 500 yen itu bisa beli makanan enak di kombini dan juga bisa makan kenyang dikantin kampus. (^^v)
             Pernah liat kakek-kakek dan nenek-nenek belanja di supermarket di Indonesia? pernah dong pastinya, tapi pernah lihat kakek-kakek dan nenek-nenek belanja di supemarket sendirian sambil bawa-bawa tongkat bahkan sampai bawa tabung oksigen sendiri di Indonesia? pasti gak pernah, kan? dan saya melihatnya sendiri di Jepang. Pertama kali melihat saya pun kaget lah, itu kok udah sepuh masih aja kelayapan sendirian, mbok anak-anak dan cucu-cucu nya kok tega ngebiarin neneknya dan kakeknya belanja sendiri. Itu lah kenapa di postingan kali ini judulnya Kakek Nenek Luar biasa. Di tempat tinggal saya di kota Suita prefektur Osaka ini memang banyak kakek-kakek dan nenek-nenek berkeliaran sendirian, meskipun sudah sepuh mereka tidak mau hanya berdiam diri di rumah saja. Saya jadi teringat saya pernah membuat tugas tentang salah satu masalah di Jepang yaitu sedikitnya jumlah pemuda dan banyaknya jumlah lansia. Saat itu saya hanya bisa mencari-cari informasi dari buku di perpustakaan dan internet, tapi sekarang saya melihat sendiri kenyataannya memang banyak sekali lansia bertebaran di Jepang. Meskipun mereka sudah pensiun dari pekerjaannya mereka tidak mau hanya bermalas-malasan saja di rumah menikmati masa tua, Memang semangat berkerja orang Jepang perlu diacungkan jempol. Saya juga sering melihat banyak lansia disini menjadi volunter di bermacam kegiatan, menyebarkan flayer di stasiun-stasiun. Setiap pagi ketika akan berangkat kuliah saya selalu melihat seorang kakek yang jalannya pun sudah sangat bungkuk, memakai tongkat, memakai baju olahraga lengkap dengan sepatu olahraganya dan berolahraga sendirian di taman yang dimana jalanan taman tersebut tidak datar melainkan turunan dan tanjakan, entahlah saya harus mengacungkan jempol, merasa kasihan, atau sebal dengan anak dan cucunya yang tidak ada menjaga si kakek tersebut. 
             Perlu saya akui saya kagum dengan lansia yang ada di Jepang, tidak sedikit lansia disini yang sudah sepuh tetapi masih sehat bugar dan jalannyapun masih tegak. "Kok bisa ya?", setelah saya pikir kembali mungkin karena beberapa faktor dibawah ini yang membuat lansia di jepang itu tetap sehat bugar melakukan kegiatan sehari-harinya:
  •  Makan Sehat
Pernah baca sebuh artikel yang mengatakan bahwa makanan jepang di juluki sebagai makanan tersehat di dunia. Gak heran sih dapet julukan kayak gitu, secara mereka lebih sering makanan mentah, lalu jarang pake garam di masakannya, orang-orang jepang juga lebih mengutamakan kesegaran bahan-bahan makananya. Saya pernah baca sebuh buku yang mengatakan perbedaan seorang ibu rumah tangga di jepang dengan ibu rumah tangga di Amerika. Jika, orang amerika lebih memilih belanja banyak untuk keperluan selama satu minggu, orang jepang lebih memilihi belanja setiap hari agar bahan makananya yang disediakan tetap terjaga kesegarannya.
  •  Jalan Kaki
Iya, orang Jepang sering jalan kaki, mungkin di beberapa negara lain juga begitu banyak orang-orang yang jalan kaki. Tapi, untuk kasus ini saya harus bandingkan dengan orang Indonesia yang notabennya tidak begitu sering jalan kaki, Kenapa? Mungkin karena di Indonesia faslitasnya yang sangat praktis, misal kalo mau ke pasar tinggal jalan sampai depan gang, nyetop angkot, nyampe deh ke pasar. Bahkan sekarang udah lebih praktis lagi, tinggal ambil hape dan pesen GoJek dari smartphone masing-masing, gak perlu jalan kaki lagi. Kalau di Jepang? mau ke stasiun yaa mau gak mau harus jalan kaki atau sepeda dari rumah, karena gak ada angkot apalagi GoJek. :D

             Jadi, gak heran kalau lansia disini pada sehat dan bugar. Bahkan Jepang mempunyai angka harapan hidup tinggi. Tapi, ini jadi pelajaran buat saya juga sih untuk tetap makan-makanan sehat dan terus berolaharaga agar pas udah tua tetap sehat bugar, masa yang tua aja olahraga yang mudanya enggak. :D
  
Masjid di Kobe
      Ini bukan pengalaman pertama kalinya saya berlebaran idul adha tidak bersama keluarga di rumah. Ini sudah ketiga kalianya, mengingat tempat kuliah saya yang cukup jauh dengan rumah dan juga jadwal kuliah yang tidak memungkinkan untuk bisa libur dan ikut merasakan suasasna lebaran di rumah. Jadi, seharusnya ini sudah jadi hal yang biasa, bukan?
      Tapi, tidak untuk tahun ini. Suasananya sangat-sangat berbeda dan ini adalah pengalaman paling pertama saya merasakan sepinya suasana 'Lebaran Idul Adha', tidak ada gema takbir yang diiringi dengan gemuruh suara beduk yang meriah, tidak ada suara bisingnya kembang api yang dimainkan oleh anak-anak, tidak mencium baunya kotoran hewan kurban, tidak ada ketupat dan opor ayam. Iya, ini pengalaman pertama saya berlebaran di negeri orang, negeri dimana muslim menjadi minoritas. 
Saya sering membaca artikel tentang kehidupan muslim di negara yang mayoritasnya non muslim, bagaimana mereka mencari suasana lebaran yang meriah, mereka datang ke rumah sesesama saudara muslim baik itu yang berasal dari negara sendiri ataupun dari negara lain, mereka datang ke tempat-tempat dimana suasana lebaran itu tercipta seperti masjid dan kedutaan besar.
     Lalu, bagaimana dengan Jepang sendiri? dan bagaimana cara saya menghabiskan waktu lebaran idul adha saya di negeri samurai ini?

     Malam itu malam yang seharusnya ramai tercipta suara takbir, malam yang seharusnya anak-anak datang ke masjid hanya untuk sekedar melihat hewan kurban yang akan disembelih keesokan harinya. Tapi, malam itu adalah malam takbir tersepi yang pernah saya rasakan. Syukurlah, kamar saya ada di lantai yang banyak muslimnya. Bahkan saya sempat mendengar di salah satu kamar seorang muslim yang sedang menyetel takbiran di kamarnya. Saya juga tidak mau kalah, agar terciptanya sausana malam takbir saya menyetel gema takbir sepanjang malam (tentu saja dengan volume yang tidak keras agar tidak mengganggu penghuni lain).

     Pagi hari, kota suita diselimuti dengan awan mendung dan hujan ditambah dengan angin yang kencang, pagi-pagi sekali saya sudah bangun, bukan untuk bersiap sholat ied di masjid melainkan untuk bersiap kuliah di hari pertama. Ya, mau tidak mau tahun ini saya tidak mengikuti sholat ied karena hari itu adalah hari pertama kuliah.Setelah menyiapkan sarapan dan membuat bekal untuk makan siang nanti saya bergegas mandi untuk berangkat ke kandaimae tempat kampus saya berada. Pagi hari itu di sepanjang jalan orang-orang berselimutkan payung masing-masing yang terburu-terburu untuk sampai ke tempat tujuan masing-masing, pikiranku masih terpaut suasana lebaran di rumah dengan segala makanan spesial hari raya yang tersaji dan senyuman tiap orang menyambut hari raya. Saya dan beberapa mahasiswa muslim lainnya hanya bisa mengucapkan "selamat hari raya" sambil berjabat tangan. Beberapa teman dari malaysia dan indonesia yang hanya mempunyai jadwal kuliah sampai pukul 11 memutuskan untuk pergi ke Kobe tempat dimana masjid terbesar dan masjid pertama di Jepang berada, berharapa disana mereka bisa menemukan suasana lebaran. Saya pun hanya bisa menguckan "Hati-hati di jalan ya", karena saya masih ada kuliah sampai pukul 4 sore. Ya, Lebaran idul adha tahun ini saya habiskan di kampus. Jadi, jangan berharap makan makanan khas hari raya, nasi pecel yang saya bawa sendiri untuk bekal makan siang pada hari itupun sudah sangat saya syukuri.

     Lalu, bagaimana sebenarnya suasana lebaran di masij kobe itu sendiri? Setelah saya bertanya kepada teman satu kamar saya yang pergi ke kobe setelah kelasnya selesai ternyata tidak adak pemotongan hewan kurban di jepang, di masjid kobe sendiripun hanya menyelenggarakan sholat idul adha berjamaan pada pukul 9. Mengapa tidak ada pemotongan hewan kurban? karena di jepang sendiri punya peraturan sendiri jika ingin menyembelih hewan untuk mendapatkan lisensinya. Dengan kata lain, harus mendapatkan ijin dahulu jika ingin menyembelih hewan. Jadi, teman-teman saya yang datang ke kobe pada saat itupun tidak mendapatkan suasana lebaran juga, karena sholat ied sudah selesai dan masjid sudah sepi. :D
Minggu pertama berada di negeri samurai pasti tidak lepas dengan yang namanya "Kenalan" mulai dari kenalan dengan lingkungan baru, suasana baru, alat-alat baru yang gak ada di indonesia, sampai teman-teman baru. Namanya juga kenala ya, yang awal mulanya gak tau jadi tau,Dari gak biasa jadi biasa, dari yang semula orang asing menjadi dekat.

1. Lingkungan dan Suasana Baru
Lampu merah depan Stasiun Minami Senri
Pertama mari kita kenalan dengan lingkungan baru. Berkenalan dengan lingkungan baru merupakan hal yang penting dilakukan oleh masyarakat siapapun dan dimanapun ketika berada di tempat yang baru.Setiap tempat memiliki budaya, tata peraturan, dan hukum yang berbeda dan harus dihormati dan dilaksanakan. Dengan menaati hukum dan adat setempat kita dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sekitar dan dapat menjaga hubungan baik dengan warga setempat. Lalu, bagaimana dengan lingkungan di sekitar asrama saya? 
Seperti yang sudah kita ketahui dengan baik bahwa muslim di Jepang termasuk golongan minoritas jadi saya harus muali terbiasa dengan tidak bisa mendengarkan azan di setiap waktu sholat. Jadi, untuk tetap mengetahui kalau sudah mulai memasuki waktu sholat adalah dengan menggunakan aplikasi di Smartphone saya, dengan begitu saya pun jadi tidak ketinggalan waktu sholat. Yup, itu salah satu contoh simple. contoh simple lain yang berkaitan dengan kenalan di lingkungan dan suasana baru adalah dengan membiasakan diri untuk menyebarang jalan mengikuti peraturan lalu lintas. Yes, saya harus menahan diri untuk tidak menyebrang seenak jidatnya disini, meski jalanan pada saat itu sedang tidak ada mobil tapi kalau tandanya disitu belum boleh nyebrang ya apa boleh buat saya juga gk nyebrang dan harus menunggu sampai lampu hijau untuk pejalan kaki menyala baru boleh nyebrang. Peraturan seperti ini yang seharusnya saya terapakan ketika pulang nanti untuk tidak nyebrang jalan sembarangan. (でも、できるかな~~)

2. Peralatan Baru
Tombol Toilet
Saya yakin seluruh dunia juga udah tahu kalau peralatan elektronik di Jepang itu kece-kece, saking kecenya saya ampe norak saat menggunakannya udah kayak orang gaptek aja. Pertama kali sampe di bandara ada banyak 自動販売機 atau yang biasa kita sebut dengan vanding machine karena udah dari dulu saya penasaran sama vanding machine nya jepang jadi saya excited bgt pgn langsung nyobain beli minum disana, pengen ngerasain apa bedanya vanding machine indonesia sama jepang. Pada saat itu saya membeli air mineral seharga 110 Yen, karena pada saat itu saya belum punya uang recehan Jepang jadi saya memasukan uang 1000 Yen, setelah memencet tombol mineral, air mineralnya keluar dari bawah disusul beberapa saat kemudian dengan uang kembaliannya. (Kalo vanding machine di indonesia gak bisa ngeluarin uang kembalian dan bayarnya harus pake uang kertas). Peralatan baru yang lainnya adalah Toilet! Yup, jadi apa yang saya baca di internet tentang tombol toilet Jepang yang banyak dan beragam itu benar adanya. Pada saat itu saya merasa bersyukur belajar bahasa jepang karena saya gak tersesat dengan tombol-tombol toilet itu karena bisa membaca kanjinya (よかった~~)

3. Teman Baru
Para Penghuni Kansai University International Dormitory (KUID)
はじめまして。
私の名前はFaridatul Islamiyahです。イダと呼んでください。
インドネシアから来ました
どうぞよろしく。
Itu adalah seperangkat kalimat perkenalan yang selalu diajarkan di kelas. Tapi dalam kenyataannya pada saat berkenalan dengan orang baru saya sering lupa dengan seperangkat perkenalan itu. Pada saat berkenalan saya jarang menggunakan hajimemashite dan douzo yoroshiku, kenapa bisa lupa? karena biasanya ketika berkenalan setelah menanyakan nama pasti menanyakan tempat asal kemudian udah mulai masuk topik lain lagi seperti "biasa bahasa jepang gak?" "udah ke jepang berapa kali?" dan pertanyaan basa basi perkenalan lainnya hingga sampe lupa mengucapkan douzo yoroshiku. (hehehe).
Saya beruntung bisa tinggal di Kansai University International Dormitory ini karena saya dapat berkenalan dengan orang-orang dari berbagai macam belahan dunia ditambah pula Ressident Assistans yang ramah-ramah.

Seperti kata pepatah tak kenal maka tak sayang, Kalo udah kenal emang bakal disayang?*eh
Setelah kurang lebih 9 jam perjalanan dengan dua kali transit di Singapura dan Phillipina akhirnya kami sampai di Kansai International Airport (KIX) pukul setengah 12 siang waktu setempat lebih cepat 30 menit dari waktu yang diperkirakan. Dari hasil pencarian yang saya dan teman saya cari, bandara ini seperti pulau tersendiri, berada di tengah-tengah laut. Sayangnya, saya tidak bisa melihat dengan jelas karena posisi tempat duduk saya yang tidak berada di dekat dengan jendela.


Kansai International jika dilihat dari atas

Musholla di Kansai International Airport
Setelah berurusan dengan imigrasi dan mengambil koper kami menuju ke pintu keluar utara di depan kedatangan internasional untuk menunggu yang menjemput kami datang. Di Bandara kami bertemu dengan mas mas asal Batam yang datang ke Jepang untuk liburan, beliau juga sedang menunggu dijemput temannya dan sempat menyapa kami sekilas di pesawat. Masih ada sekitar 2 jam sampai yang menjemput kami datang, kami pun mencari tempat sholat. Dari info yang kami dapat ada sekitar 3 mushola di bandara kansai ini, jadi kami tidak perlu ribet lagi mencari tempat untuk sholat. Setelah muter-muter sok tau baca kanji mencari tempat sholat akhirnya aku menyerah dan bertanya kepada mbak-mbak yang jaga bagian informasi. Ternyata, mushollanya berada di pojokan, pantas saja gak ketemu. Kondisi mushola di bandara kansai sendiri cukup baik, bersih dan nyaman, tempat sholat wanita dan pria dipisah, dan juga tersedia petunjuk arah kiblat dan juga mukena. Pada saat membuka pintu musholla ada mbak-mbak yang menyapa kami "Malaysian?", tanyanya dengan ragu , "No, Indonesian", jawab kami, "Oh aku juga orang Indonesia kok", jawabnnya lebih santai, dan kami pun tertawa bersama. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar ternyata mbaknya sedang liburan bersama suaminya di Jepang (seneng deh liat pasangan muda) di tengah-tengah obrolan aku betanya "Mbak, Indonesianya dimana?", "Aku di Tangerang", jawabnya, terkejutlah aku mendengarnya "yaa ampuun mbak, aku juga dari tangerang". Duh, jauh-jauh ke Jepang ketemunya orang Tangerang juga (hahaha).

Tempat Wudhu di Kansai International Airport
Setelah bertemu dengan yang menjemput kami dan juga mahasiswa-mahasiswa lainnya yang dari negara lain juga sudah sampai, berangkatlah kami ke asrama dengan transportasi umum yang tersedia di bandara yaitu Bus (sempat kecewa juga sih ternyata dijemputnya pakai transportasi umum dan harus bayar sendiri karena barang bawaan kami dan juga mahasiswa lainnya yang banyak dan berat). Setelah membeli tiket seharga 1.550 Yen di mesin tiket yang gak ada tulisan romanjinya sama sekali berangkatlah kami menuju Stasiun Osaka. Kami pikir jarak bandara ke Asrama kayak dari Bandara Adi Sucipto ke UGM ternyata lumayan jauh juga, sekitar satu setengah jam  perjalanan kami dari bandara ke stasiun. Tapi tak apa, selama perjalanan kami menikmati pemandagan kota osaka yang sedang berselimutkan awan mendung.

Sampai di Stasiun osaka, perjalanan yang tidak mudah dari tempat berhenti bus ke dalam stasiunnya karena saya harus membawa 2 koper yang ditotal jumlah 37 kg dan juga satu ransel dengan berat 5 kg ditambah pula harus naik turun tangga,(Taihen dattane). Setelah membeli tiket dengan mesin penjualan tiket ke arah Stasiun Minamisenri dengans seharga 220 Yen, kami menuju ke tempat kereta datang. Sekilas tetang stasiun osaka, karena pada saat itu keadaan saya yang sudah lelah membawa 2 koper dengan naik turun tangga jadi saya kurang memperhatikan bagaimana situasi di stasiun ini, yang saya tangkap dengan sekilas, stasiun ini cukup besar dan ramai, untunglah saya tidak berada pada jam-jam sibuk, saya tidak bisa membayangkan dengan barang bawaan sebanyak dan seberat ini ditambah orang-orang yang buru-buru ingin pulang, entahlah bagaimana nasib saya jika itu terjadi.

Sampai di Stasiun Minamisenri memakan waktu sekitar 15 menit. Saya pikir pada saat itu penderitaanku membawa koper berat ini sudah selesai, tapi ternyata justru perjuangan yang sesungguhnya baru dimulai. Pemandu jalan kami ternyata adalah karyawan baru jadi beliau tidak begitu hafal jalanan setempat, jadilah kami dibawa muter mengelilingi taman dengan jalanan kota suita yang naik turun pluuss hujaan, lengkap sudah. Padahal jarak dari stasiun ke asrama itu tidak begitu jauh. Karena bawaan saya dan teman-teman yang lain berat dan juga keadaan koper teman saya yang kurang baik tertinggalah kami dibelakang rombongan, rombongan di depan sudah tidak terlihat dan saya pun tak tahu jalan.Pemandangan di taman cukup indah dengan danau di sekitarnya tapi kami tidak bisa menikmati dengan baik karena keadaan kami yang sudah terlalu lelah membawa koper. Ketika kami merasa sudah sangat kehilangan tenaga, datanglah pertolongan (Ya Allah terimakasih) Ibu yang menjemput kami di bandara bersama 2 pria dari rombongan kami yang sudah duluan tadi datang menjemput kami untuk membantu membawa barang bawaan kami. Yokatta Yokatta.

Setelah selesai dengan urusan asrama (mengisi data, pembayaran, dan tetek bengek lainnya) saya dan teman menuju kamar, yang ada di pikiranku saat itu adalah makan dan tidur karena baru teringat ternyata kami semua belum makan dari pagi. My Legs oh my legs, Aku hanya ingin tidur setelah itu.
Pernah terbayangkan, doa-doa yang kamu panjatkan, mimpi-mimpi yang kamu bayangkan satu persatu mulai terlihat jelas. Ketika usaha dan doa yang kamu lakukan mulai berbuahkan keberhasilan. 

Sebuah mimpi yang berawal dari artikel tentang "100 Fakta tentang Jepang" yang membuat aku mulai mempunyai keinginan untuk pergi ke negeri sakura ini. Siapa yang sangka berawal dari sebuah artikel yang aku baca dari sebuah forum online pada tengah malam 7 tahun yang lalu.

Tiap kata dalam doa yang aku panjatkan. Tiap usaha yang aku kerahkan dalam waktuku. Tiap restu yang aku pinta dari kedua orang tua. Tiap tetes air mata yang terjatuh. Tiap dukungan dari orang tercinta. Tiap cemooh yang di dapat. Tiap malam ketika bermesraan dengan sang maha kuasa. Tiap kegagalan yang diterima, Dan Tiap Keberhasilan yang sudah didapat. Tiap Tiap itulah yang ternyata membawaku kesini, ke Negeri Jepang.

Hari itu Hari Minggu tanggal 6 September 2015, Dari 2 hari sebelumnya sampai hari itu aku masih sibuk dengan urusan koper beserta isinya. Saking takutnya kelebihan muatan、saking takutnya didenda aku harus berulang kali bongkar muat koper untuk mencocokan berat koper dengan berat bagasi yang aku pesan. Padahal harusnya hari itu aku hanya  berisitirahat untuk penerbangan nanti malam. Terpakasa beberapa barang yang ingin aku bawa ke Jepang harus aku keluarkan dari koper karena setelah ditimbang berat koper lebih 8 Kg dari yang sudah dipesan.

Setelah selesai dengan urusan koper dan barang bawaan lain, aku berkunjung ker rumah uwa ku yang tidak jauh dari rumah untuk meminta ijin sekaligus meminta doa kepada nenek dan uwa ku. Sebelum berangkat ketika meminta ijin dengan uwaku yang saat ini kondisi kesehatannya sedang tidak begitu baik, uwaku menangis dan berkata "Alhamdulillah da, uwa juga ikutan seneng", katanya, membuatku juga ingin menitikan air mata.

Pesawatku terbang pukul 21.45 WIB setidaknya 2 jam sebelum penerbangan aku sudah sampai bandara yang berarti sekitar pukul 19.30 aku harus sudah di bandara. Jarak dari rumah ke badndara hanya 15 menit jika tidak macet tapi aku sekeluarga sudah berangkat dari rumah pukul 17.30, Kedua orang tuaku beserta nenekku bersikeras untuk berangkat sebelum maghrib karena melihat pengalamanku yang sering ketinggalan kereta. Hehe jadilah kami berangkat 2 jam lebih awal. "Tak apalah", pikirku pada saat itu, toh untuk kebaikanku juga.

Di bandara sesudah berurusan dengan bagasi dan check in aku dan 2 temanku yang lain yang juga akan berangkat ke Jepang dalam program yang sama denganku pergi keluar menemui keluarga kami masing-masing untuk mengucapkan salam perpisahan sebelum berangkat sekaligus tidak lupa untuk meminta doa agara segalanya dilancarkan oleh Allah SWT.

Adik kecilku 'Nabila' menangis minta diajak, Akupun tak tega melihatnya menagis seperti itu. Tapi untuk menguatkannya agar tidak menangis lebih kencang aku harus tersenyum. Aku peluk satu persatu-satu Keluargaku, Bapakku, Ibuku, Nenekku, Kakakku, dan Kedua adikku. 

"Mah, Pa, Aku minta Doa kalian agar dilancarkan perjalananku ke jepang agar 
aku dan temanku bisa sampai di jepang dengan selamat sentosa. Jangan khawatir aku hanya pergi sebentar, anggap saja seperti aku sedang di joga. Doakan aku agar aku dapat memnyerap ilmu disana dengan baik, Doakan agar aku selalu berada dalam lindungan-Nya".

Setelah melewati tugas Imigrasi dan mendapat cap Bandara Soeta di passport, kami pergi ke Terminal 2 menuju Ruang Tunggu pesawat Jet Star tujuan Singapore tempat transit kami yang pertama.

Pukul 21.15 kami memasuki pesawat dan tepat pukul 21.45 tepat Pesawat kami terbang....


   2014 full of amaaaaaaazzziing moment, lot of new exprience, and all of that awwweeesooommee moment, i summarize in this post "Every Selfie Has Its Story".

Januari 2014



It's my first trip to Bromo, together with my friend "Bety" we're rockin! :D
Read my story to Bromo in Here. :)
February 2014


It was the busiest month of the year. It was the month when me and my dance team gave all of the effort that we can for our diplomation mission in Malaysia. Almost everyday coming home late, i was such as a bad in managing time at that time. I only have a few time to study, i don't know how my bedroom looks in this month, i was sure it must be messy, and of course my GPA in 2nd Semester is not as good as in 1st semester.

Maret 2014



It's my first time to go abroad! I was so excited at that time, and it was not only for having fun but there was a mission why we went to Malaysia; introducing indonesia's culture to foreigner. Read my history about it in Here

April 2014



Girls Day Out Parkour Indonesia, finally i can meet up with other female parkour practicioner After 2 years i'm off from any parkour events. That was my second GDO after first GDO PKID in Bandung 2011. I was so excited because i can meet someone who i really want to see her in person, she's Nurul a.k.a Sukasayur a.k.a Sayurbening, and also the trip from Jogja to Jakarta was special with Mba Sonya and Natalie.

Mei 2014




I love this month, why? i was born in this month! yeay. In my 20th Birthday i celebrated with my pals in Jumpalitan and my classmates. :D

June 2014



June, that month i've spend a lot with Mbak Sonya and Natalie since we know that Natalie will come back to her hometown very soon, we used our precious time to made some great memory; Slept over, baked cookies, and of course parkour. I miss you girls :)

July 2014


TADAIMA ! ただいま!yeah, Holiday, Ramadhan Month. It's time to spend the precious time with family, and of course with GOD. It's always nice to be at home.

August 2014



This month is the second busiest month in 2014 for me, I was the comittee in PPSMB Palapa 2014 as Co-Fascilitator, being CoFas is really a good exprience for me, i can meet so many great people in here. I have to woke up in very early morning and leave Kos before subuh, after maghrib i have to practicied with my dance team to performed in PPSMB FIB, i feel like i don't have energy anymore to move my legs and hands to dance, and when i arrived in  my bedroom i even haven't changed my clothes, just go to sleep.

September 2014

Finally there's a month that i can really really relax, enjoying the time of being a real human. :p

Oktober 2014

This the the third busiest month of the year cause i was the comittee in Workshop that held by Himpunan Mahasiswa Diploma Jepang (HIMADIJE). It was really though, you know what? because this is the first time i became a leader in an event. It was not only my body felt tired but also my mind, i almost go crazy with all of this shit. :(

November 2014


I took radio announcer training in Swaragama FM. Being a radio announcer is my dream since i was in elementry school. So, when i found out that there's a training in basic radio announcer i didn't think twice to took this training, it's really a good opportunity for me to develop my skill to be an announcer.

December 2014


I went to Candi Sambisari with friends by bicycle as my last trip in 2014.






P.S i'm not native english speaker, so, i aplogize if you find something error in my sentences.
Langganan: Postingan ( Atom )

ABOUT AUTHOR

Hi! This is Idadong! If you find something interesing article, please feel free to share it! Enjoy reading my story! You also can find me on Instagram @idadong.

LATEST POSTS

  • Japan Diary: Kuliah di Semester Daun Momiji
    Daun terlah berganti warna, suhu sudah semakin dingin, pakaian yang dipajang di toko pun sudah berganti dengan baju-baju tebal dan jaket. ...
  • The Hobbit
    Kalian yang udah pernah nonton Trilogy: The Lord Of The Rings, atau para penggemar hal2 yang berbau fantasi pasti udah tau lah hobbit itu ap...
  • Quote Novel Negeri 5 Menara
    udah pada tau kan novel best seller yg satu ini ? the most inspiring novel karya bang fuadi (@afuadi1) memang bener2 menginspirasi para pemb...

Blog Archive

  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)
  • ▼  2015 (10)
    • ▼  November (1)
      • Japan Diary: Tapi, Tahukah Kamu?
    • ►  Oktober (4)
      • Japan Diary: Kuliah di Semester Daun Momiji
      • Japan Diary: Is Japanese Polite? Apakah Orang Jepa...
      • Japan Diary: Repotnya Uang Koin
      • Japan Diary: Kakek Nenek Luar Biasa
    • ►  September (4)
      • Japan Diary: Idul Adha di Jepang
      • Japan Diary: 自己紹介/Perkenalan
      • Japan Diary: 日本ようこそ!
      • Japan Diary: 準備もうできた? Sudah Siap?
    • ►  Maret (1)
      • Every Selfie Has Its Story
  • ►  2014 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (8)
    • ►  September (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2009 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

About

Copyright 2014 Just Go My Way !.
Designed by OddThemes