Japan Diary: Kakek Nenek Luar Biasa

             Pernah liat kakek-kakek dan nenek-nenek belanja di supermarket di Indonesia? pernah dong pastinya, tapi pernah lihat kakek-kakek dan nenek-nenek belanja di supemarket sendirian sambil bawa-bawa tongkat bahkan sampai bawa tabung oksigen sendiri di Indonesia? pasti gak pernah, kan? dan saya melihatnya sendiri di Jepang. Pertama kali melihat saya pun kaget lah, itu kok udah sepuh masih aja kelayapan sendirian, mbok anak-anak dan cucu-cucu nya kok tega ngebiarin neneknya dan kakeknya belanja sendiri. Itu lah kenapa di postingan kali ini judulnya Kakek Nenek Luar biasa. Di tempat tinggal saya di kota Suita prefektur Osaka ini memang banyak kakek-kakek dan nenek-nenek berkeliaran sendirian, meskipun sudah sepuh mereka tidak mau hanya berdiam diri di rumah saja. Saya jadi teringat saya pernah membuat tugas tentang salah satu masalah di Jepang yaitu sedikitnya jumlah pemuda dan banyaknya jumlah lansia. Saat itu saya hanya bisa mencari-cari informasi dari buku di perpustakaan dan internet, tapi sekarang saya melihat sendiri kenyataannya memang banyak sekali lansia bertebaran di Jepang. Meskipun mereka sudah pensiun dari pekerjaannya mereka tidak mau hanya bermalas-malasan saja di rumah menikmati masa tua, Memang semangat berkerja orang Jepang perlu diacungkan jempol. Saya juga sering melihat banyak lansia disini menjadi volunter di bermacam kegiatan, menyebarkan flayer di stasiun-stasiun. Setiap pagi ketika akan berangkat kuliah saya selalu melihat seorang kakek yang jalannya pun sudah sangat bungkuk, memakai tongkat, memakai baju olahraga lengkap dengan sepatu olahraganya dan berolahraga sendirian di taman yang dimana jalanan taman tersebut tidak datar melainkan turunan dan tanjakan, entahlah saya harus mengacungkan jempol, merasa kasihan, atau sebal dengan anak dan cucunya yang tidak ada menjaga si kakek tersebut. 
             Perlu saya akui saya kagum dengan lansia yang ada di Jepang, tidak sedikit lansia disini yang sudah sepuh tetapi masih sehat bugar dan jalannyapun masih tegak. "Kok bisa ya?", setelah saya pikir kembali mungkin karena beberapa faktor dibawah ini yang membuat lansia di jepang itu tetap sehat bugar melakukan kegiatan sehari-harinya:
  •  Makan Sehat
Pernah baca sebuh artikel yang mengatakan bahwa makanan jepang di juluki sebagai makanan tersehat di dunia. Gak heran sih dapet julukan kayak gitu, secara mereka lebih sering makanan mentah, lalu jarang pake garam di masakannya, orang-orang jepang juga lebih mengutamakan kesegaran bahan-bahan makananya. Saya pernah baca sebuh buku yang mengatakan perbedaan seorang ibu rumah tangga di jepang dengan ibu rumah tangga di Amerika. Jika, orang amerika lebih memilih belanja banyak untuk keperluan selama satu minggu, orang jepang lebih memilihi belanja setiap hari agar bahan makananya yang disediakan tetap terjaga kesegarannya.
  •  Jalan Kaki
Iya, orang Jepang sering jalan kaki, mungkin di beberapa negara lain juga begitu banyak orang-orang yang jalan kaki. Tapi, untuk kasus ini saya harus bandingkan dengan orang Indonesia yang notabennya tidak begitu sering jalan kaki, Kenapa? Mungkin karena di Indonesia faslitasnya yang sangat praktis, misal kalo mau ke pasar tinggal jalan sampai depan gang, nyetop angkot, nyampe deh ke pasar. Bahkan sekarang udah lebih praktis lagi, tinggal ambil hape dan pesen GoJek dari smartphone masing-masing, gak perlu jalan kaki lagi. Kalau di Jepang? mau ke stasiun yaa mau gak mau harus jalan kaki atau sepeda dari rumah, karena gak ada angkot apalagi GoJek. :D

             Jadi, gak heran kalau lansia disini pada sehat dan bugar. Bahkan Jepang mempunyai angka harapan hidup tinggi. Tapi, ini jadi pelajaran buat saya juga sih untuk tetap makan-makanan sehat dan terus berolaharaga agar pas udah tua tetap sehat bugar, masa yang tua aja olahraga yang mudanya enggak. :D

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar