Japan Diary: Repotnya Uang Koin

Uang koin yang baisanya di Indonesia saya relakan kasih ke pengamen-pengamen, bahkan kalau sudah menumpuk dan bikin tebal dompet saya tuker saja ke warung-warung, rasa-rasanya saya terlalu meremehkan uang koin, misalnya ketika saya menjatuhkan uang 500 rupiah ke selokan saya dengan rela merelakan uang koin itu pergi "ah cuman receh doang ini" pikir saya. Pikiran seperti itu yang berbahaya kalau sampai terbawa sampai Jepang meremahkan uang koin.

1. Vanding Machine
Ketika beli minum di vanding machine, uang koin minimal yang bisa dimasukin kedalam vanding machine itu 10 yen dan harga paling murah minuman itu 50 yen, biasanya saya beli minum dengan harga 100-150 yen karena yang ada dalam pikiran saya adalah "ah yang dimasukin uang receh ini" jadilah terkadang saya lupa diri jajan di vanding machine padahal kalo dihitung-hitung 100 yen itu kurang lebih sekitar 12.000-13.000 rupiah. Jadi, bisa dibayangkan kan kalo misalnya dalam sehari saya jajan kopi di pagi hari, kemudian beli air mineral pada siang harinya, lalu beli air jus pada sore hari di vanding machine dengan harga tiap minuman 100 yen misalnya, jadi dalam sehari saya sudah bisa menghabiskan 36.000 untuk minum saja. Hal seperti seperti ini yang bikin repot dompet.

2. Tiket Kereta
Kalau belum beli tiket langganan kereta, kita harus beli tiket di stasiun di tempat mesin penjualan tiket. Untungnya jarak dari asrama ke kampus tidak begitu jauh sehingga harga tiketnya pun tidak terlalu mahal. Untuk satu kali berangkar harga tiketnya 150 yen, sehingga pulang pergi saya menghabiskan 300 yen untuk biaya transportasi. Sama halnya dengan vanding machine, mesin penjual tiket ini koin minimal yang bisa dimasukin itu 10 yen, jadi kalau kurang dari 10 yen uangnya pasti keluar lagi. Jadi, mau gak mau harus nyiapin receh tiap kali mau beli tiket kereta. Meskipun bisa saja beli pakai uang kertas, bayar pake 1000 yen misalnya, tapi berasa sayang aja kalo harus bayar pake uang kertas karena pasti dapat kembaliannya uang koin juga.

3. Satu Yen
Nah, ini nih uang koin yang paling ngerepotin, Kenapa? karena baik itu vanding machine maupun mesin penjual tiket kereta tidak mau menerimanya. Jadi, uang satu yen ini bisa dipakai untuk yang sifatnya bayar pake orang bukan bayar pake mesin. Permasalahannya adalah saya masih belum terbiasa dengan penggunanan uang koin ini, saya masih belum bisa membedakan mana yang satu yen mana yang lima yen, jadi kalau saya ingin membayar belanjaan di supermarket misalnya dan saya ingin memakai uang receh, memerlukan waktu yang agak lama untuk mencari dan mengumpulkannya menjadi jumlah yang harus saya bayar sehingga membuat antrian di kasir jadi sedikit agak panjang. Beda halnya dengan lima yen, uang satu yen saya ini jumlahnya lebih banyak daripada 5 yen, jadi dompet saya tebal karena ada satu yen ini. (^^')

Jadi, teman-teman yang masih meremahkan hawa keberadaan uang receh kalau lg di Jepang jangan seperti saya yah. Bahkan uang receh di Indonesia-pun tidak boleh diremehkan, dari uang receh yang dikumpulkan di acara amal yang jumlahnya bisa sampai puluhan-puluhan juta itu bisa membantu banyak orang. Bisa repot jadinya kalau kita masih menganggap uang koin 500 yen itu kayak 500 rupiah, padahal 500 yen itu bisa beli makanan enak di kombini dan juga bisa makan kenyang dikantin kampus. (^^v)

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar