Shoushi Koureika


Apa itu Shoushi Koureika? Saya pernah menulis makalah tentang ini untuk tugas Kejepangan. Dibawah ini adalah sedikit gambaran tentang shoushi koureika, monggo disimak, semoga bermanfat. :)
Shoushi koureika/koureika shakai/koureisha adalah fenomena dimana jumlah manula di jepang lebih banyak daripada jumlah pemuda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah  Arufo yaitu around fourty, istilah ini dipakai untuk wanita di Jepang yang berumur 39 akhir sampai 40 keatas yang lebih mementingkan karirnya dibandingkan hidup berkeluarga. Banyak wanita di Jepang sudah berkepala empat yang belum menikah dan tidak ingin menikah karena mereka lebih mencintai kehidupan karir pekerjaanya yang lebih bebas dibandingkan harus berkeluarga yang lebih terikat bahkan beberapa diantara wanita jepang yang termasuk kelompok arufo sudah menikah dan memilih untuk bercerai dan fokus terhadap karirnya. Banyaknya jumlah perempuan di Jepang yang tidak ingin menikah ini mencapai 1,34%.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa angka harapan hidup di Jepang adalah yang tertinggi dunia, usia rata-rata untuk perempuan Jepang adalah 86 tahun, sedangkan pria Jepang 79 tahun , beberapa faktor yang membuat angka harapan hidup di Jepang tinggi yaitu pola hidup yang sehat seperti kebiasaan minum teh hijau. Teh hijau dikenal memiliki aktivitas antioksidan cukup tinggi. Senyawa EGCG dan antioksidan catechin dapat mempercepat metabolisme tubuh. Kebiasaan orang Jepang makan dengan porsi kecil juga merupakan salah satu faktor yang dapat membuat panjang umur. Makan dengan porsi kecil dapat membuat seseorang makan sesuai takaran  dengan porsi yang dibutuhkan. Makanan Jepang yang didominasi oleh bahan-bahan dari laut seperti sushi, sashimi, takoyaki yang kaya akan vitamin membuat pola makan menjadi lebih sehat.
Komposi penduduk di Jepang perlahan-lahan membentuk piramida terbalik, artinya komposisi lansia lebih besar dibandingkan usia produktif. Pemerintah Jepang perlu mengeluarkan lebih banyak anggaran jaminan sosial kepada para lansia, hal ini membuat pajak penghasilan usia produktif tinggi untuk mensubsidi kehidupan para lansia. Namun, umur bukanlah menjadi alasan bagi para lansia untuk berkerja, banyak lansia yang meski usia mereka sudah 65 tahun lebih, rambut mereka sudah putih karena uban, dan kulit mereka sudah berkeriput, tapi tetap bisa produktif. Para lansia ini banyak berkerja sebagai volunterr atau relawan seperti partner berlaih percakapan bahasa jepang bagi para calon tenaga perawat dan care giver Indonesia, pemandu wisata, atau menjadi petugas kebersihan, bagi mereka bekerja adalah spirit sampai mati. Jadi, tidak heran jika melihat orang tua di Jepang yang masih semangat melakukan banyak kegiatan meski usia sudah tidak lagi muda. Untuk menghormati para lansia ini pemerintah Jepang membuat keirou no hi yaitu hari penghormatan lansia yang diadakan setiap minggu ke-3 bulan Sepetember, bertujuan untuk memerhantikan kesejahteraan lansia di Jepang

Jumlah lansia yang tinggi membuat pemerintah Jepang memerlukan banyak tenaga perawat dan meningkatkan teknologi medis. Pemerintah Jepang telah menjajikan akan menerima 1.500 tenaga kerja asal Indonesia yang terdiri dari perawat, care workers, dan karyawan hotel. Pada 22 Februari 2013 gabungan berbagai kementrian di Jepang, para ahli da kalangan medis di Jepang bersama-sama membuat Health Care Policy.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar