Jalan-Jalan ke Bromo

Perjalanan saya ke Bromo bersama teman saya (Betty) akhirnya terjadi juga. Trip yang saya dan teman saya sudah rencanakan sejak beberapa bulan yang lalu hampir saja batal karena saya yang galau memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan yang kurang persiapan itu atau mengikuti rapat tim tari saya yang mendadak dan yang katanya penting itu dan ternyata memang penting, tapi bagaimanapun saya harus mendahulukan rencana yang terlebih dahulu direncanakan. Maka Jumaat Malam 10 Januari 2014 berangkatlah saya dan teman ke terminal Giwangan Jogjakarta, rencana perjalanan kami ke Bromo naik Bus alasannya :

  1. lebih murah
  2. jadwal kereta yang murah ke probolinggo rata2 nyampenya sore, kalau kesorean biasanya gk ada bisson (alat transpotasi ke bromo)
rencana kami berangkat ke giwangan naik trans jogja dari depan kopma UGM pukul 8 tapi karena saya yang telat datang (saya datanga jam 8.30) jadilah trans jogja terakhir arah giwangan sudah lewat, dengan begitu hanya ada 2 pilihan naik taksi atau ojek, maksud hati biar hemat naik TJ yang hanya bayar 3.000 tapi malah harus bayar 25.000 untuk naik ojek. Sesampainya di terminal pukul 9,kami naik Bus arah Surabaya dengan tarif 47.000 , menggunakan bus malam membuat saya dan teman merasa perjalanan menuju surabaya terasa lebih cepat karena sepanjang perjalanan kami tidur (hehehe), kurang lebih pukul 5 subuh kami sampai di Surabaya, kami memutuskan untuk istirahat sebentar sambil makan soto ayam di terminal seharga 7.500, setelah perut terisi kami langsung menaiki bus arah Probolinggo ongkosnya 16.000, 2 jam kemudian sampai di Probolinggo, ada 2 pilihan transportasi buat ke Bromo naik ojek yang ongkosnya 100rb atau bisson yang ongkosnya 30.000, yaa..saya pasti pilih bisson lah yang jauh lebih murah walaupun harus nunggu penumpang lainnya karena kapasitas bissonya itu 15 orang dan sang supir gak mau berangkat kalau belum 15 orang, sudah ada 2 rombongan lain yang sudah datang jadi kami harus menunggu beberapa penumpang lainnya. Satu jam berlalu, sudah ada 10 orang, bisson akan berangkat jika kapasitas 15 orang sudah terpenuhi, namun 2 rombongan sebelumnya yang sudah menunggu sejak pagi-pagi sekali tidak sabar ingin berangkat dan mendesak sang supir untuk segera berangkat, jadilah kami harus menambah biaya bisson yang harusnya 30.000 menjadi 45.000 karena kapasitas 15 orang yang tidak terpenuhi.
pasir berbisik

beti dan awan

Perjalanan dari terminal Probolinggo ke Bromo memakan waktu sekitar 1 jam, pukul 10 lebih kami sampai di Bromo, salah satu rombongan bisson menawarkan kami untuk gabung bersama menyewa homestay biar lebih murah, yaa...kami sih senang-senang aja di ajak gabung (hehehe). Sewa home stay untuk satu hari satu malam 350.000 dibagi 8 orang jadi perorangnya kena +/- 43.000. Setelah istirahat sejenak, saya dan teman saya memutuskan untuk pergi ke bromo atas pukul 2 siang dengan jalan kaki dari home stay, memerlukan waktu satu setengah jam untuk sampai sana, salah satu rombongan yang satu home stay dengan kami pergi menggunakan ojek untuk bisa sampai bromo dengan harga 30.000, saya dan teman ditawarin ojek dengan harga 20.000 itupun setelah beberapa kali penolakan, tapi kami tetap memilih jalan kaki biar lebih berasa jalan-jalan nya (alesan, padahal mah budget terbatas), daripada 20.000 buat ojek mending buat makan itu sih sebenarnya alasan saya dan teman yang memilih untuk jalan kaki. Sesampainya di tempat tujuan saya seperti merasa berada di salah satu adegan film kesukaan saya Lord Of The Rings kalau liat padang pasirnya sekilas seperti di Mordor trus kalau liat perbukitan yang mengililinginya seperti berada di daerah kerajaan Rohan dan Gondor. Aaahh.... ini bukan New Zealand tapi ini Bromo ! yang gak kalah kerennya. Setelah puas menikmati pemandangan dan foto-foto di daerah bromo kamipun kembali ke homestay dengan jalan kaki lagi. Pukul 5.30 kami sampai di homestay sebelum merebahkan kaki yang pegel setelah berjalan-jalan kami memutuskan untuk mengisi perut yang dari tadi siang hanya diisi oleh roti dan chiki, kami makan nasi rames lauk yang sudah dingin dengan menu : nasi + tahu + tempe + sayur seharga 8.000  dan teh anget 3.000 di warung sebelah home stay, di warung inilah kami berkenalan dengan Rebecca, bule asal Belanda yang sedang berliburan di Indonesia dan suka banget sama nasi goreng & gado-gado.

tangga menuju kawah
me

background nya bukit batok
 Malam semakin larut, salah satu rombongan satu home stay kami yang beranggotakan 2 pria dan 1 wanita menawarkan patungan menyewa jeep untuk melihat sunrise dengan harga 100rbu perorang, tapi....karena kami ingat budget yang sangat ketat kami pun menolak dan memilih untuk jalan kaki ke pananjakan 2, ternyata rombongan lain yang beranggotakan 3 pria pun memilih untuk jalan kaki melihat sunrise ke pananjakan 2. Kami pun janjian berangkat bareng pukul 1 malem yang pada akhirnya ngaret menjadi pukul 2. Cuaca dingin gunung Bromo dan hawa ngantuk tidak menyulutkan niat kami untuk berjalan kaki melihat sunrise, jalanan yang gelap karena tidak ada lampu jalan bukan halangan karena jalananya sudah beraspal membuat perjalanan kami menuju pananjakan 2 yang di dominasi oleh tanjakan menjadi lebih mudah ditambah lagi dengan pemandagan langit yang begitu indah dihiasi bintang-bintang, saya tidak pernah melihat bintang sebanyak ini, gak ada yang bisa nandingi melihat bintang di bromo dengan polusi cahaya yang sangaaaat sedikit. Pukul 4 pagi kami sampai di Pananjakan 2, tempat yang paling bagus untuk melihat sunrise bagi saya, karena sudah terlalu cape jalan 2 jam sehingga sudah males untuk naik lagi sampai ke pananjakan 1. Meskipun pada saat itu musim hujan, tapi kami bersyukur karena 2 hari itu hujan tidak turun sehingga kami tidak melewatkan momen yang paling penting dari perjalanan ini. Pukul 5 pagi pananjakan 2 sudah semakin ramai oleh wisatawan. Saya sudah tidak ingat lagi pukul berapa matahari mulai terbit karena sibuk memotret keindahan sunrise di bromo, terlihat jelas langit yang awalnya gelap perlahan-lahan berubah warna menjadi oranye kebiru-kebiruan, kabut tebal melapisi desa-desa yang berada di bawah seperti berada di atas awan, dari atas terlihat gunung semeru nan jauh disana, pemandangan ini seperti berada di dalam lukisan, sulit untuk mengungkapkan betapa indahnya pemandangan bromo di pagi hari, kalian harus merasakan indahnya dengan mata dan kepala kalian sendiri. :D

me n beti
sunrise in bromo


bety
me

bromo di pagi hari
Pukul 7, walaupun masih ingin berada disana menikmati pemadangan bromo tapi kami harus turun ke homestay agar tidak tertinggal bisson yang akan membawa kami kembali ke terminal probolinggo, tetapi setelah sampai di homestay kami diberitahu bahwa bisson akan berangkat pukul 10 pagi, yasudahlah kami mengisi perut dulu yang sudah meronta-ronta minta diberi makan, kami membeli Indomie Soto + satu piring Nasi yang dibagi 2 ditotal harganya jadi 7.500. Pukul 10 kami menaiki bisson yang lebih penuh dibangikan hari kemarin karena ada tambahan jumlah penumpang yang didominasi oleh para bule. 1 jam perjalanan sampailah kami di terminal probolinggo, setelah membayar 30.000 ke sang supir berpisahlah kami dengan 2 rombongan lain yang menjadi teman perjalan kami di bromo. Lalu, saya dan teman menaiki bus arah Surabaya dengan ongkos yang lebih mahal 1.000 jadi 17.000, 2 jam perjalanan sampailah kami di terminal surabaya, sebelum menaiki bus arah jogja saya membeli roti dan minum (roti = 5.000, aqua botol = 2.500) sebagai pengganjal perut kalau laper mengingat masih ada +/- 8 jam lagi yang harus saya tempuh untuk sampai kosan. Pukul 1 siang, saya dan teman menaiki bus arah jogja, di perjalanan dari surabaya ke jogja saya berkenalan dengan mahasiswi psikolgi pascasarjana Uniair yang juga berprofesi sebagai guru agama, beliau banyak bercerita tentang moral remaja saat ini yang semakin mengkhwatirkan, alhamdulillah punya kenalan baru, ini salah satu hal yang menarik dari sebuah perjalanan bisa bertemu banyak orang. :D

Setelah teman saya turun di Kediri dan kenalan saya turun di Jember, ada penumpang perempuan yang duduk disamping saya malu-malu bertanya, ia meminjam hape saya untuk mencoba menghubungi ibunya karena hapenya hilang, ini bukan penipuan karena hapenya emang ilang dan ia juga bukan pencopet, perempuan itu orang baik kok sampai-sampai ia turun di kota tujuannya  Madiun, ibunya mencoba terus menelpon saya sampai 15 kali pengen mengucapin terimakasih (tau pengen ngucapin terimakasih karena akhirnya ibunya sms)  tapi gak keangkat karena saya sedang tidur. Perjalanan pulang ini ternyata lebih lama, saya perkirakan pukul 10 malam saya sudah sampai kosan tapi pukul 10 saya masih di Solo. Pukul 11, akhirnya saya sampai di terminal giwangan Jogja, naik ojek sampai kosan bayar 30.000. Akhirnya pukul 11.30 malam sampai kosan.
aahh... perjalanan ini menyenangkan. Padang Pasir, Gunung Batok, Sunrise, Bromo = Indah. Bromo lah yang menjadi awal bagi saya untuk memulai perjalan-perjalan lain yang lebih menyenangkan dan tak akan pernah di lupakan. Akan ada banyak pelajaran yang akan saya dapat di setiap perjalanan yang akan saya lakukan. Semoga mimpi ini menjadi kenyataan. Menjadi seorang Traveller. Amiiin.



Budget Bromo 2 hari 1 malem via Bus (jogja - Bromo) :
Ongkos Bus Jogja - Surabaya : 47.000
Budget Bromo 2 hari 1 malem via Bus (jogja - Bromo) :
Ongkos Bus Jogja - Surabaya : 47.000
Makan Soto Ayama : 7.500
Ongkos Bus Surabaya - Probolinggo : 16.000
Bisson : 45.000
Penginapan : 43.000
Makan Nasi Rames : 8.000
Teh Anget : 3.000
Makan Indomies Nasi : 7.500
Bisson : 30.000
Bus Probolinggo - Surabaya : 17.000
Jajan : 7.500
Bus Surabaya - Jogja : 47.000
Ojeg : 30.000
Total : 333.500

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar