Just Go My Way !

  • Beranda
Home Archive for Oktober 2015
Daun terlah berganti warna, suhu sudah semakin dingin, pakaian yang dipajang di toko pun sudah berganti dengan baju-baju tebal dan jaket. Tidak terasa kurang lebih satu bulan lebih saya menjalani program pertukaran pelajar di Kansai University, Jepang atau biasa disebut juga Kandai. Senin sampai kamis pukul 8.15 berangkat dari asrama ke kampus, 10 menit berjalan, 5 menit menunggu kereta, 5 menit naik kereta, 10 menit berjalan lagi, itu kegiatan yang selalu saya lakukan di pagi hari. Berbarengan berangkat ke kampus dengan penghuni asrama lain yang kuliah di waktu yang sama, keluar dari stasiun kandai mae berbaur dengan mahasiswa lain yang baru turun dari kereta baik itu dari jalur yang sama atau dari jalur sebrang membuat jalanan mungil yang beriringan dengan berbagai macam toko penuh dan sesak oleh mereka yang mempunyai kepentingan di pagi hari itu. Selalu saja mendengar bapak petugas kemanaan berteriak "Kuruma ga torimasu, hidari gawa de aruite kudasai" atau perintah lainnya yang sangat aku hafal adalah ketika masinis berkata "kandai mae, kandai mae desu, deguchi wa hidari gawa desu". Kegiatan rutin ini yang aku lakukan di negeri sakura, Kuliah di Semester Daun Momiji.


1. Suasana Kelas
Kelas Japanese 5B
Apa yang membuatnya berbeda? Teman sekelas saya yang berasal dari berbagai macam negara dan beragai macam benua, membuat suasana kelas menjadi lebih beragam. Saya pun juga harus berkonsentrasi lebih karena bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Bengong sedikit, saya sudah tidak mengerti apa yang dijelaskan dosennya. Seperti yang sering saya alamai di kelas Japanese Religion yang pada akhirnya saya terlelap tidur ketika dosen menjelaskan (hehe). Bunyi bel menandakan kelas di mulai dan kelas berakhir, membuat saya merasa seperti berada di masa-masa sekolah lagi. Di kelas yang menggunakan bahasa pengantarnya bahasa Inggris seperti Japanese Religion atau Seminar in Japanology yang biasanya didominasi oleh mahasiswa dari Amerika dan Eropa yang lebih aktif berbicara dan mengeluarkan pendapat, sedikit berbeda dengan kelas yang bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Jepang yang didominasi oleh mahasiswa Asia yang lebih malu untuk mengeluarkan pendapat.

Kelas Japanese Religion
Kelas Japanese 5A


2. Kokusaibu
Tempat ini tempat untuk berbaur dengan mahasiswa exchange lain dan mahasiswa jepang juga tentunya. Bukan hanya berbicang ngalor ngidul tetapi juga dapat belajar bahasa dari negara lain dengan mengikut kelas bahasa asing, gratis dan diajar langsung oleh native.

Kelas Bahasa Thailand

Kelas Bahasa Prancis
Ruang rapat kokusaibu jadi tempat sholat muslim di kandai
3. Tempat Sholat
Sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban untuk sholat 5 waktu dan sudah wajar bagi seorang muslim untuk kesulitan mencari tempat sholat ketika berada di negara yang minoritas muslim. Tapi, alhamdulillah Kandai khusnya bagian urusan intenational sungguh perhatian kepada mahasiswa-mahasiswa exchange termasuk mahasiswa exchange yang muslim juga tentunya. Ketika, saya dan beberapa teman dari Indonesia dan Malaysia berkonsultasi tentang mata kuliah yang akan kita ambil ke dosen pembingbing kami, dosen kami bertanya "Apa semuanya baik-baik saja? Makanan kalian gimana? ada hal yang ingin kalian sampaikan" , kami pun senang sekali dosen pembingbing kami bertanya seperti itu, langsung saja lah kita mengatakan butuh tempat untuk sholat dan langsung disediakan tempat untuk sholat. Memang bukan musholla seperti yang di Indonesia, tapi kami diberikan ruangan  didalam kantor kokusaibu untuk sholat dan para staff kokusaibu juga sangat peduli kepada mahasiswa exchange lainnya. Saya sering kali ditanyain, "ruangan ini bagaimana? bisa diapakai untuk sholat? kalau ada butuh apa-apa untuk sholat hubungin saja", padahal saya sudah sering bilang "tidak apa-apa, it's perfect asal bersih ruangannya". Bahkan di bulan November 2015 kokusaibu menyediakan ruangan yang lebih spesil untuk muslim sholat, di jam yang telah ditentukan ruangan itu tidak boleh dimasukin orang lain kecuali yang ingin sholat, dan yang lebih kerennya lagi Kansai University akan membuka Halal Corner di kantin. Yeaayy

Shiru Cafe
4. Shiru Cafe
Cafe ini yang jadi favourit bagi mahasiswa Kandai, kenapa? Cafe ini hanya menyediakan 3 menu (Kopi Es/Panas, Teh Es/Panas, Es Jeruk) dan ke-3 menu itu gratis hanya bermodalkan KTM Kandai dengan tempat yang cozy untuk nyatai, pelayanan maksimal dan juga boleh bawa makanan dari luar, bagaimana mungkin saya tidak datang tiap hari ke cafe ini? ditambah lagi kita boleh datang berapa kalipun kesini dan tetap gratis. :D




Daun mungkin akan segera gugur dan hanya ranting yang akan tersisa, paha-paha yang terlihat di awal musim gugur akan segera tertutup karena sang punya paha juga tidak akan kuat menahan suhu dinginnya osaka, dan aku akan segera sangat terbiasa dengan susasana disini, yang mebuat aku ingin lebih lama tinggal disini. Hmm....mungkin menikmati satu semester lagi di saat sakura berkembang akan lebih menyenangkan. :)



Pertanyaan pertama yang muncul di pertemuan kedua kelas Seminar in Japanology, Is Japanese Polite?, Aku berkata pada saat itu "Tentu saja, kenapa hal itu harus dipertanyakan?". Tapi, ada satu orang yang menjawab "Tidak". Tentu bukan aku yang mengatakannya. Pada saat itu aku berpikir, apa yang salah dengannya, kenapa dia menjawab tidak, selama kurang lebih satu bulan aku tinggal di jepang yang aku rasakan adalah orang jepang itu sangat sopan teramat sopan malahan. Terlepas dari majala-majalah dewasa yang dijual bebas, baik itu tutur kata dan perbuatan saya rasa orang jepang itu sopan. Mungkin ada perbedaan pengertian sopan antara orang barat dan orang timur, mengingat yang menjawab "tidak" adalah warga negara Amerika. Di negeri-negeri barat misalnya, untuk mendapatkan perhatian orang yang ingin diajak bicara biasanya mereka menggunakan kontak mata, tetapi tidak untuk di Jepang, jika kamu melakukan hal seperti itu di Jepang pasti sudah dianggap tidak sopan, kamu harus mengeluarkan suara seperti mengajaknya bicara dengan kalimat awal "ano...sumimasen" untuk mendapatkan perhatian lawan bicara dengan sopan. Lalu, kenapa saya menjawab dengan pasti tanpa ragu "Iya, orang jepang itu sopan". Berikut beberapa hal yang bisa jadi bukti kenapa orang jepang itu sopan menurut saya.

  • Di Jalan Raya
Mendahulukan pejalan kaki untuk menyebrang itu satu hal yang saya kagumi di Jepang. Lah, emangnya di Indonesia gak ada apa yang kayak gitu? Tentu saja ada walaupun tidak begitu sering, lalu apa yang bikin beda? Alkisah pada suatu hari ada sebuah mobil bergerak di kecepatan yang terhitung cepat dari jauh, saya pun gak berani nyebrang jadi saya nunggu mobil lewat baru nyebrang kebetulan jalan yang saya lewati jalanan biasa yang gak ada lampu penyebrangannya jadi pake cara manual yang tengok kanan dan tengok kiri tetapi ketika sudah mendekati zebra cross, mobil pun mengurangi kecepatannya dan berhenti lalu membiarkan saya menyebrang padahal si pengendara bisa saja langsung jalan tanpa perlu menghentikan mobilnya untuk membiarkan pejalan kaki menyebrang. Kejadian seperti ini saya alami bukan hanya satu atau dua kali saja tapi sudah sering.

  • Sumimasen
Orang jepang demen banget minta maaf, bahkan walaupun yang salah saya tapi mereka yang bilang sumimasen, jadilah  saya tambah merasa bersalah. Begini ceritanya, pada suatu waktu di hari yang cerah, ada acara donor darah di kampus, karena saya udah lumayan cukup lama gak donor darah, datanglah saya ke bus donor darah, tapi ternyata staff disana bahasa inggrisnya tidak begitu bagus dan bahasa jepang mereka yang kurang saya pahami karena kebanyakan dari mereka sudah tidak muda lagi. Ada beberapa pertanyaan yang mereka tanyakan tapi karena saya tidak mengerti saya jadi jawabnya "haik, haik, haik" aja. Lalu, ketika sudah mau diambil darah, si suster nanya "itsu kara nihon e kita?" saya jawab dong "ku gatsu kara" "heh?! ku gatsu?" kagetlah sis suster sambil kembali mencopot alat donornya sambil berkata "chotto matte kudasai ne", kemudia suster dan beberapa satff menanyakan beberapa pertanyaan ke saya lagi tapi saya tidak bisa memahami bahasa jepang mereka yang terlalu cepat, jadi saya jawabnya bingung, dan akhirnya mereka mencarikan orang yang bisa bahasa inggris dan untunglah yang datang menyelamatkan saya adalah salah satu RA di asrama, mereka bilang karena saya belum satu bulan di Jepang jadi belum boleh donor. Setelah keluar bus, semua staff yang saya temui bilang "sumimasen" berkali-kali yang jadi bikin saya malah tambah bersalah. Padahal saya yang salah kenapa mereka yang minta maaf.

Kesopanan merupakan satu hal yang sangat penting bagi orang jepang terlebih lagi dalam tutur kata dan perbuatan, jadi tidak heran lagi kalau tata bahasa jepang punya berbagai macam variasi tingkat kesopanan. Saya sering kali membaca beberapa status sensei di facebook dan twitter tentang beberapa muridnya yang kurang pas dalam memilih kosa kata sehingga terkesan tidak sopan, salah satu teman Jepang saya juga pernah mengatakan ada salah seorang teman saya yang tidak pas dalam memilih kalimat untuk berbicara padanya untuk pertama kali sehingga menibulkan perasaan tidak nyaman dan kesan tidak sopan. Mungkin beberapa teman saya banyak menonton anime atau drama sebagai bahan belajar, tapi alangkah baiknya kalau kita juga perlu kritis dengan apa yang kita tonton, memahmi bagaimana percakapan dalam anime atau drama yang ditonton ditujukan untuk siapa, sehingga kita jadi lebih paham dan mengetahui kata-kata yang tepat yang dapat digunakan dan jangan lupa perhatikan lawan bicara dengan siapa kita berbicara. Semoga kedepannya bisa menjadi pembelajar yang lebih baik lagi.
Uang koin yang baisanya di Indonesia saya relakan kasih ke pengamen-pengamen, bahkan kalau sudah menumpuk dan bikin tebal dompet saya tuker saja ke warung-warung, rasa-rasanya saya terlalu meremehkan uang koin, misalnya ketika saya menjatuhkan uang 500 rupiah ke selokan saya dengan rela merelakan uang koin itu pergi "ah cuman receh doang ini" pikir saya. Pikiran seperti itu yang berbahaya kalau sampai terbawa sampai Jepang meremahkan uang koin.

1. Vanding Machine
Ketika beli minum di vanding machine, uang koin minimal yang bisa dimasukin kedalam vanding machine itu 10 yen dan harga paling murah minuman itu 50 yen, biasanya saya beli minum dengan harga 100-150 yen karena yang ada dalam pikiran saya adalah "ah yang dimasukin uang receh ini" jadilah terkadang saya lupa diri jajan di vanding machine padahal kalo dihitung-hitung 100 yen itu kurang lebih sekitar 12.000-13.000 rupiah. Jadi, bisa dibayangkan kan kalo misalnya dalam sehari saya jajan kopi di pagi hari, kemudian beli air mineral pada siang harinya, lalu beli air jus pada sore hari di vanding machine dengan harga tiap minuman 100 yen misalnya, jadi dalam sehari saya sudah bisa menghabiskan 36.000 untuk minum saja. Hal seperti seperti ini yang bikin repot dompet.

2. Tiket Kereta
Kalau belum beli tiket langganan kereta, kita harus beli tiket di stasiun di tempat mesin penjualan tiket. Untungnya jarak dari asrama ke kampus tidak begitu jauh sehingga harga tiketnya pun tidak terlalu mahal. Untuk satu kali berangkar harga tiketnya 150 yen, sehingga pulang pergi saya menghabiskan 300 yen untuk biaya transportasi. Sama halnya dengan vanding machine, mesin penjual tiket ini koin minimal yang bisa dimasukin itu 10 yen, jadi kalau kurang dari 10 yen uangnya pasti keluar lagi. Jadi, mau gak mau harus nyiapin receh tiap kali mau beli tiket kereta. Meskipun bisa saja beli pakai uang kertas, bayar pake 1000 yen misalnya, tapi berasa sayang aja kalo harus bayar pake uang kertas karena pasti dapat kembaliannya uang koin juga.

3. Satu Yen
Nah, ini nih uang koin yang paling ngerepotin, Kenapa? karena baik itu vanding machine maupun mesin penjual tiket kereta tidak mau menerimanya. Jadi, uang satu yen ini bisa dipakai untuk yang sifatnya bayar pake orang bukan bayar pake mesin. Permasalahannya adalah saya masih belum terbiasa dengan penggunanan uang koin ini, saya masih belum bisa membedakan mana yang satu yen mana yang lima yen, jadi kalau saya ingin membayar belanjaan di supermarket misalnya dan saya ingin memakai uang receh, memerlukan waktu yang agak lama untuk mencari dan mengumpulkannya menjadi jumlah yang harus saya bayar sehingga membuat antrian di kasir jadi sedikit agak panjang. Beda halnya dengan lima yen, uang satu yen saya ini jumlahnya lebih banyak daripada 5 yen, jadi dompet saya tebal karena ada satu yen ini. (^^')

Jadi, teman-teman yang masih meremahkan hawa keberadaan uang receh kalau lg di Jepang jangan seperti saya yah. Bahkan uang receh di Indonesia-pun tidak boleh diremehkan, dari uang receh yang dikumpulkan di acara amal yang jumlahnya bisa sampai puluhan-puluhan juta itu bisa membantu banyak orang. Bisa repot jadinya kalau kita masih menganggap uang koin 500 yen itu kayak 500 rupiah, padahal 500 yen itu bisa beli makanan enak di kombini dan juga bisa makan kenyang dikantin kampus. (^^v)
             Pernah liat kakek-kakek dan nenek-nenek belanja di supermarket di Indonesia? pernah dong pastinya, tapi pernah lihat kakek-kakek dan nenek-nenek belanja di supemarket sendirian sambil bawa-bawa tongkat bahkan sampai bawa tabung oksigen sendiri di Indonesia? pasti gak pernah, kan? dan saya melihatnya sendiri di Jepang. Pertama kali melihat saya pun kaget lah, itu kok udah sepuh masih aja kelayapan sendirian, mbok anak-anak dan cucu-cucu nya kok tega ngebiarin neneknya dan kakeknya belanja sendiri. Itu lah kenapa di postingan kali ini judulnya Kakek Nenek Luar biasa. Di tempat tinggal saya di kota Suita prefektur Osaka ini memang banyak kakek-kakek dan nenek-nenek berkeliaran sendirian, meskipun sudah sepuh mereka tidak mau hanya berdiam diri di rumah saja. Saya jadi teringat saya pernah membuat tugas tentang salah satu masalah di Jepang yaitu sedikitnya jumlah pemuda dan banyaknya jumlah lansia. Saat itu saya hanya bisa mencari-cari informasi dari buku di perpustakaan dan internet, tapi sekarang saya melihat sendiri kenyataannya memang banyak sekali lansia bertebaran di Jepang. Meskipun mereka sudah pensiun dari pekerjaannya mereka tidak mau hanya bermalas-malasan saja di rumah menikmati masa tua, Memang semangat berkerja orang Jepang perlu diacungkan jempol. Saya juga sering melihat banyak lansia disini menjadi volunter di bermacam kegiatan, menyebarkan flayer di stasiun-stasiun. Setiap pagi ketika akan berangkat kuliah saya selalu melihat seorang kakek yang jalannya pun sudah sangat bungkuk, memakai tongkat, memakai baju olahraga lengkap dengan sepatu olahraganya dan berolahraga sendirian di taman yang dimana jalanan taman tersebut tidak datar melainkan turunan dan tanjakan, entahlah saya harus mengacungkan jempol, merasa kasihan, atau sebal dengan anak dan cucunya yang tidak ada menjaga si kakek tersebut. 
             Perlu saya akui saya kagum dengan lansia yang ada di Jepang, tidak sedikit lansia disini yang sudah sepuh tetapi masih sehat bugar dan jalannyapun masih tegak. "Kok bisa ya?", setelah saya pikir kembali mungkin karena beberapa faktor dibawah ini yang membuat lansia di jepang itu tetap sehat bugar melakukan kegiatan sehari-harinya:
  •  Makan Sehat
Pernah baca sebuh artikel yang mengatakan bahwa makanan jepang di juluki sebagai makanan tersehat di dunia. Gak heran sih dapet julukan kayak gitu, secara mereka lebih sering makanan mentah, lalu jarang pake garam di masakannya, orang-orang jepang juga lebih mengutamakan kesegaran bahan-bahan makananya. Saya pernah baca sebuh buku yang mengatakan perbedaan seorang ibu rumah tangga di jepang dengan ibu rumah tangga di Amerika. Jika, orang amerika lebih memilih belanja banyak untuk keperluan selama satu minggu, orang jepang lebih memilihi belanja setiap hari agar bahan makananya yang disediakan tetap terjaga kesegarannya.
  •  Jalan Kaki
Iya, orang Jepang sering jalan kaki, mungkin di beberapa negara lain juga begitu banyak orang-orang yang jalan kaki. Tapi, untuk kasus ini saya harus bandingkan dengan orang Indonesia yang notabennya tidak begitu sering jalan kaki, Kenapa? Mungkin karena di Indonesia faslitasnya yang sangat praktis, misal kalo mau ke pasar tinggal jalan sampai depan gang, nyetop angkot, nyampe deh ke pasar. Bahkan sekarang udah lebih praktis lagi, tinggal ambil hape dan pesen GoJek dari smartphone masing-masing, gak perlu jalan kaki lagi. Kalau di Jepang? mau ke stasiun yaa mau gak mau harus jalan kaki atau sepeda dari rumah, karena gak ada angkot apalagi GoJek. :D

             Jadi, gak heran kalau lansia disini pada sehat dan bugar. Bahkan Jepang mempunyai angka harapan hidup tinggi. Tapi, ini jadi pelajaran buat saya juga sih untuk tetap makan-makanan sehat dan terus berolaharaga agar pas udah tua tetap sehat bugar, masa yang tua aja olahraga yang mudanya enggak. :D
Langganan: Postingan ( Atom )

ABOUT AUTHOR

Hi! This is Idadong! If you find something interesing article, please feel free to share it! Enjoy reading my story! You also can find me on Instagram @idadong.

LATEST POSTS

  • Japan Diary: Kuliah di Semester Daun Momiji
    Daun terlah berganti warna, suhu sudah semakin dingin, pakaian yang dipajang di toko pun sudah berganti dengan baju-baju tebal dan jaket. ...
  • The Hobbit
    Kalian yang udah pernah nonton Trilogy: The Lord Of The Rings, atau para penggemar hal2 yang berbau fantasi pasti udah tau lah hobbit itu ap...
  • Quote Novel Negeri 5 Menara
    udah pada tau kan novel best seller yg satu ini ? the most inspiring novel karya bang fuadi (@afuadi1) memang bener2 menginspirasi para pemb...

Blog Archive

  • ►  2018 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)
  • ▼  2015 (10)
    • ►  November (1)
    • ▼  Oktober (4)
      • Japan Diary: Kuliah di Semester Daun Momiji
      • Japan Diary: Is Japanese Polite? Apakah Orang Jepa...
      • Japan Diary: Repotnya Uang Koin
      • Japan Diary: Kakek Nenek Luar Biasa
    • ►  September (4)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2014 (8)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (8)
    • ►  September (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2012 (9)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2009 (3)
    • ►  Desember (3)
Diberdayakan oleh Blogger.

About

Copyright 2014 Just Go My Way !.
Designed by OddThemes