1 Tahun Yacaranda

Bunga Yacaranda sudah kembali mekar, membuat ungu jalan depan kampus, pohon itu memang bukan bunga sakura, bukan putih atau merah muda warnanya, yang jatuh itu memang bukan daun momiji, tidak bekerangka jari. ya, pohon itu bernama yacaranda, bunganya berwarna ungu yang mudah gugur, tersebar di sepanjang sekolah vokasi-rumah sakit hewan - DTS - DTE & DTM. Yacaranda mengingatkanku bahwa sudah hampir setahun aku berada di sini,setahun yang lalu ketika aku menulusuri jalan yang dipenuhi dengan bunga yacaranda yang gugur, di kotanya pelajar, kota dengan gudeg sebagai makanan khasnya, kota budaya, kota dimana tradisional dan modern berbaur menajadi satu, Daerah Istimewa Yogyakarta.Setahun memang masih singkat, ibarat bayi aku baru belajar berjalan, masih banyak hal yang perlu aku pelajari, masih banyak hal yang perlu aku gali,masih banyak hal yang belum aku ketahui, aku masih lugu di kota yang memiliki peringkat 4 untuk kota yg paling nyaman ditinggali menurut Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP). Meskipun begitu, aku mempunyai banyak cerita selama aku berada di sini, mulai dari culture shock,masa-masa kangen keluarga di Tangerang, pengalaman-pengalaman baru yang seru,sampai patah hati (hahaha).



Berada di negara multikultural menjadi tantangan sendiri bagi perantau. Meskipun masih berada di pulau yang sama, culture shock tetap saja terjadi kepada saya dan teman-teman lain yang berasal dari luar yogya.
a. Arah mata angin
Jadi, di jogja itu kalau ingin bertanya tempat, jalan, atau arah, tidak memakai kanan atau kiri, teteapi memakai utara, selatan, barat, timur. Awlnya saya sempat bingung dengan penunjuk arah ini,ceritanya waktu saya masih menjadi maba ada kumpul kelompok PPSMB (ospeknya UGM) diberitahukan bahwa kumpul di barat GSP,karena gak tau barat itu  di sebelah mana jadilah saya kebingungan menemukan teman kelompok saya. Tapi, seiring berjalannya waktu, mulai 'hampir' terbiasa. Jadi, patokannya utara itu arah Merapi, selatan itu arah Parangtritis.:D

b. Gula gak diaduk
Sepele sih tapi gak ada salahnya diceritain. Gak semua emang, tapi sebagian besar tempat makan di jogja kalo beli minum gulanya pasti gak di aduk.Kata temen saya biar pembeli bisa menyesuaikan sesuai selera.

c. Gak ada angkot
Jangan harap kalian bisa menemukan angkot warna-warni yang demen menaikan dan menurunkan penumpang sembarangan, atau ngetem keterlaluan lamanya.Disini memang ada angkot tapi modelnya bukan seperti angkot-angkot biasanya tapi seperti minibus, saya kurang mengerti jalur2nya kalo naik minibus ini karena belum pernah naik :p.Beberapa pilihan transportasi umum lainnya adalah transjogja, dengan harga Rp. 3500 kalian sudah bisa berpergian sampai prambanan, atau kalau ingin lebih cepat bisa memilih ojeg atau taksi.Kalau saya lebih sering berpergian dengan sepeda suzuki punya saya selain lebih nyaman karena kendaraan pribadi bisa sekalian mendukug program go green (tsaahh cielah) dan alasan lainnya adalah saya gak bisa naik motor :3.

d. Bahasa Jawa
Begini ceritanya waktu awal nge-kost, ibu kos gak tau kalau saya gak bisa bahasa jawa, jadilah ibunya ngomong panjang lebar menggunakan bahasa jawa, dan diakhir pembicaraan saya cuman bisa menanggapi "apa bu?"  . Tapi, tenang teman-teman kalau kalian memiliki pengalamaan atau perasaan yang sama dengan saya gak usah khawatir, saya yakin kalian pasti akan terbiasa dan bisa sedikit demi sedikit bahasa jawa karena setiap harinya kalian akan bertemu dengan si bahasa jawa. Mengutip perkataan teman saya di sesi TOT Co-Fasilitator bahwa salah satu cara agar bisa survive di jogja adalah belajarlah bahasa jawa.saya sudah seperti mengambil double degree di sini yaitu bahasa jepang dan bahasa jawa. :D

e. Murah
Kalau masalah harga gak usah ditanya lagi, memang jogja adalah surganya kuliner dengan harga yang sangat murah. Saya pernah beli nasi padang pake ayam bakar plus es teh dengan harga 9.000 rupiah saja, lokasi RM Padangnya itu ada di sendowo dekat Vokasi UGM dan RSH Soeparwi. Pernah juga nemu paket Mie Ayam/Bakso plus es teh harganya Rp.6.000 saja di daerang Jl.Kaliurang atas, dan juga pernah beli nasi+sayur+telur dengan harga 3.500 rupiah. murah kan?

f. Orang-orang hebat
saya bersyukur bisa dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa sekali di sini. Saya bersyukur dipertemukan dengan teman-teman yang hebat. Mereka membuat hidup di jogja menjadi semakin hidup, tanpa adanya mereka mungkin aku hanyalah perantau yang kesepian. Teman-teman kuliah, teman-teman Jumpalitan, teman-teman Rampoe, teman-teman Palapa, dan teman-teman lainnya. Terimakasih Kalian luar biasa.




Jogja adalah kota pelajar, mungkin julukan inilah yang membuat jogja menjadi tujuan utama perantau menuntut ilmu dan nyaman berada di sini. Terbuat dari rasa rindu dan cinta, Jogja. :)

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar:

Posting Komentar