Cerita tentang kakak satu susu :')

Aku sedang rindu, rindu sekali dengan seseorang, seseorang yang sudah pergi jauh, jauh sekali, seseorang yang aku sebut kakak satu susu. Hampir 5 tahun sudah ia pergi dan tak akan pernah kembali, ia pergi ke tempat yang lebih baik. Sedari bayi kami sudah bersama, ia sudah seperti kakak kedua ku, rumah kami selalu bersamping-sampingan, jarak umurku dengannya hanya terpaut satu tahun, kami tumbuh bersama-sama. Aku ingat sekali ia yang mengajariku bermain bola voli sehingga aku bisa masuk tim voli sekolahku untuk bertanding waktu SMP, ia adalah spiker terbaik di sekolahnya, kami bermain voli bersama hampir setiap sore di halaman masjid depan rumah, memanggilku dari bawah tangga dengan kode tangan digerakan sepert passing bawah bola voly, ketika kami mulai bosan bermain voly biasanya kami berjalan seperti paskibraka yang akan mengibarkan bendera merah putih like an idiot, atau lompat-lompatan setinggi mungkin melebihi genteng warung depan rumah. Aku pun ingat setiap kali ia menjahili aku, adikku, dan kakaku dengan menaruh sapu dan tongkat pel di depan pintu kamar mandi sehingga ketika kami membukanya sapu dan pelannya akan jatuh, bercandaan itu sangat klasik, ia sering sekali melakukannya. Aku juga masih ingat betapa sering kami dimarahi oleh orang tuaku dan orang tuanya karena bermain air saat menjelang maghrib bikin basah jemuran yang sudah kering. Aku juga sangat ingat ia dan kakaku sering sekali mematikan lampu kamar mandi ketika aku sedang buang air, tertawa senang mendengar aku teriak ketakutan. Aaahh~~ begitu banyak memori tentangnya dan tak bisa aku tulis disini.


 Ia orang yang sehat, rajin olahraga dan anak yang sangat aktif di berbagai kegiatan sekolahnya. Ia orang yang sangat menuruti perintah orang tuanya, sekali saja orang tuanya menriaki namanya  NUHIIIYAAARR ! ia segera berlari menemui orang tuanya, ia adalah orang yang sangat sederhana. Namun, seseuatu buruk terjadi padanya di tahun 2008, ia jatuh sakit setelah beberapa minggu ia menjadi penarik bendera merah putih pada saat upacara 17 Agustus di sekolahnya. Ia sempat mengeluh cape dan minta diurut, beberapa kali berganti tukang urut. Entahlah, dia tidak bisa seperti dulu lagi. Ia tidak bisa berjalan dan berdiri  tegap seperti biasanya. Pernah suatu hari dia memaksakan diri untuk bermain voly bersamaku seperti biasanya, ia bilang ia sudah mendingan, tapi....belum lima menit kami bermain ia jongkok dan memegangi kepalanya, aku tahu dia menahan sakit, tapi ia mencoba berdiri lagi dan bermain tapi baru beberapa pukulan ia jongkok lagi dan memegangi kepalanya, "gak usah dipaksain kalo sakit, jang", kataku.

Hari demi hari, keadaannya semakin bertambah buruk, berbagai macam pengobatan alernatif dicoba tapi tetap tidak ada tanda-tanda ia akan sembuh, keadaanya semakin buruk, ia bahkan sudah tidak bisa berdiri, ia kini menggunakan kursi roda dan juga lebih sering berbaring di kasurnya. Aku ingat sekali ketika malam tahun baru ia memohon kepada ibunya untuk diijinkan pergi ke acara bakar-bakar di rumah salah satu teman kami yang jaraknya hanya terpaut 3 rumah dari rumah kami, tapi melihat keadaanya yg duduk di kursi roda sepertinya sang ibu pun tidak memberi ijin. Aku pun juga ingat ketika aku dan adikku sedang bermain bola voly, ia hanya bisa melihat dari kursi roda, memintaku untuk mencoba memberika satu passing ke arahnya. Semakin hari keadaanya semakin buruk, namun setiap kali ada sesseorng yang bertanya mengenai keadaanya, ia selalu berkata kalau dia sudah mendingan, mencoba memberikan semangat kepada dirinya sendiri bahwa suatu hari dia akan sembuh. Tapi, hei bagaimana kamu sebut itu mendingan jikan memegang sendok saja tanganmu gemetar. Ia belum pernah dibawa ke rumah sakit pada saat itu karena ia takut dengan jarum suntik, tapi melihat keadaanya yang seperti itu akhirnya ia pun tetap di bawa ke rumah sakit.

Dokter bilang ia terkena kelenjar getah bening, kalau aku tidak salah ingat ada saraf yang kejepit. Aku ingat ketika aku menjenguknya di RS, aku menyuapinya melon, ia berkata "jadi gak enak disuapin ida, ntar pacarnya marah lagi", "yaelah jang kayak sama siapa aja", kataku. Aku juga masih ingat ketika ia melakukan operasi pengangkatan kelenjar getah bening nya yang pertama, ekspresi mukanya yang ketakutan. Setelah operasi dia berkata "makasih ya da udah mau nungguin" , "santai aja kali jang", kataku. Tapi itu hanya operasi kecil, dokter hanya mengangkat getah beninngya yang kecil. Beberapa kali ia bulak-balik di bawa ke rumah saikit, seminggu di rawat lalu di bawa pulang, beberapa minggu kemudia di rawat di rumah sakit. Terus saja begitu, sampai-sampai ia sudah bisa bilang "ujang udah gak takut lagi sama suntikan sekarang da", ia juga melakukan beberapa operasi namun tetap tidak ada perubahan yang signifikan.

Satu hari sebelum ulang tahunnya, aku menjengguknya di rumah sakit, pada saat itu aku bertanya padanya "ciee, bentar lagi ulang tahun, mau kado apa jang ?" , lalu ibunya menjawab "yaah da ujangnya aja sekarang gak bisa ngapa-ngapain", ia hanya tertawa kecil. Saat itu ia bahkan sudah sangat sulit untuk bicara. 

Satu bulan setelah ulang tahunnya, keadaanya sudah sangat kritis, saudara-saudara jauhnya sudah dihubungi untuk segera datang. Aku ingat saat itu aku tidak bisa menemaninya dalam keadaan kritisnya, orang tuaku dan beberapa tetangga lain pergi ke rumah sakit, memberikan doa terbaik untuknya. Aku hanya bisa berdoa di rumah cemas menunggu kabarnya. Menjelang tengah malam, kabar yang sangat tidak ingin aku dengar itu datang, ia telah dipanggil oleh yang maha kuasa. ia pergi ke tempat yang sangat jauh untuk selamanya. Ketika Bapa-ku membcakan yasin disaat kritisnya, ia menangis. Ia tahu bahwa dirinya akan kembali kepada sang pemilik kehidupan.

Dear (Alm) Nurhiyar Nurzain atau aku biasa memanggilnya Ujang, ketika aku melihat wajah pucatmu dikelilingi oleh orang-orang yang membacakan yasiin untukmu, aku tidak percaya itu kamu, wajah pucat itu wajah ujang. Entah, seberapa sembap mata ini Engkau begitu cepat dipanggil oleh-Nya. Jang, Allah pasti sayang banget sama Ujang. Jang, ida selalu berdoa buat Ujang. Bagaimanapun kita yang ada di bumi ini pasti akan kembli pada-Nya, semua kehidupan ini adalah titipin, begitu juga ruh ini. Ya Allah ampunilah segala dosanya, terimalah amal perbuatannya, hindarkan ia dari siksa kubur dan bukankalah pintu surga untuknya, berikanlah ia surga terbaikmu, ya allah. Amiin yaa rabbal alamin.

Selamat tinggal kakak satu susu, pelatih, dan sahabat terbaik. Jang, Ujang selalu di hati ida, ina, aa apit, dan yang lainnya. Semoga kita dipertemuka kembali di kehidupan abadi nanti, di surganya. amiin. :')

Nurhiyar Nurzain (Ujang) 12-06-1993 ___ 12-07-2009

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

2 komentar: